Joni Wahyuhadi Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim menilai, upaya Pemkot Surabaya untuk menekan angka kasus dan kematian, harus lebih keras dari Pemkab Sidoarjo, dan Gresik. Sebab, hingga 10 hari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kenaikan angka kasus positif dan kematian belum mereda.
“Kalau Surabaya naiknya lebih tinggi, upayanya harus lebih tinggi dari Gresik dan Sidoarjo. Mohon maaf, ini kajian dari sisi ilmiah, tidak ada kaitannya dengan sisi politis,” ujar Dr Joni saat mengikuti konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Surabaya pada Kamis (7/5/2020).
Joni mengatakan, dari data yang ada saat ini Surabaya masih menjadi wilayah dengan angka kasus tertinggi baik dari jumlah angka pasien positif maupun angka kematian. Sedangkan, untuk dua daerah lain yang mengikuti PSBB yaitu Sidoarjo dan Gresik sudah menunjukkan penurunan.
“Sebetulnya (PSBB) tidak membawa hasil juga tidak. Karena dua daerah itu, Gresik dan Sidoarjo turun dan flat. artinya kan ada hasil. PSBB tidak bisa pemerintah sendiri. Tapi bareng-bareng. Physical distancing, alat proteksi diri, masker, cuci tangan. Di Surabaya bisa dilihat sendiri. Monggo-monggo dilihat sendiri. Jadi kalau mengharapkan langsung begini ya rasanya dengan situasi kayak gini, ya gak mungkin,” jelas dr Joni.
Sekadar diketahui, Surabaya menyumbang 47 persen dari angka sebaran Covid-19 di Jawa Timur dengan total jumlah pasien positif sebanyak 592. Angka ini terbilang cukup tinggi dibanding Kabupaten Sidoarjo yang hanya 12 persen dengan jumlah pasien positif 152 orang. Sedangkan, Kabupaten Gresik 3 persen dengan total pasien positif sebanyak 37 orang.
Jumlah PDP di Surabaya juga terus mengalami kenaikan menjadi 1461 orang. Selain itu, jumlah ODP juga meningkat mencapai 2881 orang. Sedangkan, pasien yang meninggal dunia bertambah menjadi 78 orang.
Sedangkan, dua daerah yang mengikuti PSBB lainnya, seperti Kabupaten Sidorajo tercatat jumlah PDP berada di angka 214 orang dan ODP 832 dan Kabupaten Gresik tercatat jumlah PDP 158 dan ODP 1135. (bas/bid)