Diskominfo Pemprov Jawa Barat melibatkan komunitas-komunitas untuk mengedukasi masyarakat tentang isu keberagaman. Dalam setahun, Diskominfo Jabar bisa empat kali melakukan edukasi di sekolah-sekolah melibatkan komunitas di 27 kabupaten dan kota.
“Kecuali ada yang meminta khusus akan kami berikan edukasi, karena anggarannya memang terbatas,” kata Heri Pasya Sambada Kabid Aptika Diskominfo Pemprov Jabar dalam Sharing Tim SS Media dengan Dinas Kominfo Pemprov Jawa Barat, Kamis (28/03/2019) di Bandung, Jawa Barat.
Edukasi meliputi berbagai hal disesuaikan dengan isu di masing-masing daerah, meliputi tema pendidikan, keberagaman, politik, pendidikan, kesehatan, atau pluralisme.
“Tergantung isu keberagaman apa yang sensitif di suatu daerah, nanti akan dielaborasi menjadi sebuah tontonan rakyat. Di antaranya pakai pertunjukan tradisional seperti calung dan siaran keliling (saling) yang juga dilakukan Ibu Gubernur (istri Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat,red),” ujarnya.
Program edukasi ini menurut Heri lumayan sukses. Tiap kali pertunjukan, peminatnya selalu mencapai minimal 200 orang. Namun kali ini, pihaknya ingin pertunjukan dengan hal yang baru. Yakni seringkali bersamaan dengan sosialisasi internet sehat dengan menggratiskan akses internet selama acara berlangsung.
Tidak hanya itu, Diskominfo Pemprov Jabar juga mengambil peran mengatasi berita bohong dengan program “Jawa Barat Sapu Bersih Hoaks” atau disingkat “Jabar Saber Hoaks”.
Program ini diinisiasi sejak tahun 2018 sebagai salah satu cita-cita Ridwan Kamil Gubernur Jabar yang juga didukung Komimfo. Menurutnya, program “Jabar Saber Hoaks” juga melibatkan para relawan untuk menelusuri dan mengkroscek kabar-kabar hoaks
“Intinya kita ingin hoaks yang berasal dari Jawa Barat atau mendeskreditkan Jawa Barat bisa dinetralisir,” ujarnya.
Isu keberagaman di Jawa Barat memang menjadi salah satu perhatian Ridwan Kamil Gubernur Jabar. Bahkan saat kampanye Gubernur, Ridwan Kamil menyampaikan akan mengadopsi program “Hands On dan Komunikasi” yang sudah berjalan di Kota Bandung untuk mengatasi isu keberagaman di Jawa Barat.
Sebelumnya, riset LSM Setara Institute selama 2018, Jawa Barat menjadi provinsi paling intoleran dibandingkan provinsi lainnya, bahkan mengalahkan Jakarta yang tahun sebelumnya menjadi Provinsi paling intoleran.
Dilansir dari laman setarainstitute.org, dari 201 insiden beragama tahun 2018 di Indonesia, 29 diantaranya terjadi di Jawa Barat. Setelah itu, baru diikuti DKI Jakarta 26 insiden, Jawa Tengah 14 insiden, Jawa Timur 12 kasus, dan Banten 10 kasus. (mar/tin)