Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,16 persen, atau kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 134,02 pada Februari 2019, menjadi 134,24 pada Maret, sesuai hasil pemantauan Badan Pusat Statistika (BPS) setempat.
Teguh Pramono Kepala BPS Jatim dilansir Antara di Surabaya, Senin (1/4/2019) mengatakan, inflasi terjadi karena adanya tiga komoditas yang mendorong pada Maret 2019 ialah angkutan udara, bawang putih, dan bawang merah.
Sedangkan komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi ialah beras, daging ayam ras, dan mujair.
“Harga beras mulai mengalami penurunan akibat mulainya musim panen di beberapa daerah penghasil beras. Komoditas lain yang juga mengalami penurunan harga adalah daging ayam ras dan mujair,” katanya dilansir Antara.
Sementara itu, dari delapan kota dengan IHK, lima kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi di Kota Malang yang mencapai 0,36 persen, sedangkan Kota Probolinggo mengalami deflasi tertinggi sebesar 0,12 persen,” kata Teguh kepada wartawan.
Sedangkan kota yang mengalami deflasi, antara lain Probolinggo sebesar 0,12 persen, Sumenep sebesar 0,07 persen, dan Jember sebesar 0,06 persen.
Ia mengatakan, dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,55 persen. Kemudian diikuti kelompok Kesehatan sebesar 0,36 persen.
Selanjutnya ada kelompok sandang sebesar 0,27 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga masing-masing sebesar 0,02 persen.
Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar 0,08 persen.(ant/tin/ipg)