Panitia Penyelenggara Final Piala Presiden 2019 tidak bertanggung jawab dengan tiket yang dibeli melalui perantara calo. Ini mengingat banyaknya penonton yang tidak mendapatkan tiket, lalu membelinya lewat calo dengan harga yang lebih mahal.
Ram Surahman Sekretaris Persebaya Surabaya mengatakan, itu adalah pilihan mereka. Dari pihak panpel, tiket pertandingan tidak lagi dijual secara offline melainkan online. Sebab, tiket yang dijual secara offline lebih berisiko tinggi.
Salah satunya risiko penjualan offline adalah terjadi penumpukan massa di beberapa titik penjualan tiket. Oleh karena itu, dijualnya tiket secara online ini akan mempermudah masyarakat dan tidak membuat antrean panjang.
“Tiket ini via online, jadi siapapun bisa ambil. Di pertandingan ini kita terapkan online, dan prinsipnya siapa cepat dia dapat. Jadi tiket dipesan lewat tiga jalur, Kartu Persebaya Selamanya, Go-tix, dan Loket.com. Setelah ditransfer, tiket diambil di Persebaya store dengan menunjukkan print out-nya,” kata Ram, Selasa (9/4/2019).
Meski sudah dijual secara online, Ram tidak menampik bahwa calo masih tetap ada. Karena sebagian dari mereka ada yang menganggap bahwa pertandingan ini menjadi peluang ekonomi.
Alasan lain, ada juga penonton yang sudah memesan tiket tapi tiba-tiba tidak bisa mengikuti pertandingan.
Hal itu, diakuinya sulit dihindari. Dengan begitu, dia mengimbau agar masyarakat tetap berhati-hati saat membeli tiket. Terutama tiket yang bukan dijual melalui tempat resmi Persebaya atau yang dijajakan di pinggiran jalan.
Tidak sedikit penonton yang pernah mengeluhkan kalau tiket yang mereka beli palsu. Akibatnya, mereka yang sudah keluar uang banyak tidak diperbolehkan masuk ke stadion. Terlebih, tiket pertandingan saat ini sudah ada barcode.
“Ya ga bisa dipungkiri calo itu. Kami pun tidak bisa menghentikannya. Mungkin agar memberikan efek jera, masyarakat tidak usah beli di calo. Kalau gak dapat tiket, ya sudah. Tidak perlu memaksa datang, karena di stadion steril. Harus yang bertiket,” kata dia.
“Tapi kalau tetap memaksa beli di calo ya silahkan. Kami tidak bertanggung jawab. Sebab tiket itu ada barcode. Kalau tidak cocok ya tidak boleh masuk. Mending nonton saja di rumah, karena di stadion tidak ada layar lebar,” jelasnya.
Dia pun berharap, ada perhatian dari pihak pemerintah yang mau membangun stadion untuk kapasitas yang lebih besar. Karena selama ini, ketersediaan tiket dengan permintaannya tidak sebanding.
“Kita sediakan tiket 50.000, kapasitas stadion itu 55.000. Sedangkan yang ingin, itu 100.000. Ini tidak sebanding. Seperti kemarin, tiket kita jual hanya waktu 11 menit udah ludes. Mungkin, solusinya bisa bangun stadion dengan kapasitas yang lebih besar lagi,” kata dia. (ang/tin/ipg)