Sabtu, 23 November 2024

Jeune Creation Pamer Karya 2 Fotografer Muda Prancis

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Erell Hemmer fotografer muda Prancis yang sedang mempersiapkan pamerannya. Foto: Istimewa

Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya gandeng House of Sampoerna (HoS) gelar pameran fotografi paralel Jeune Creation, Cipta Karya Muda, karya Erell Hemmer dan Remi Decoster yang melakukan residensi di Kota Surabaya.

Masing-masing fotografer muda Prancis ini memilih obyek unik, saat mereka melakukan residensi di Kota Surabaya yang nota bene adalah kota maritim sekaligus juga kota pesisir dengan berbagai cerita didalamnya.

Erell Hemmer menampilkan karya berjudul pourquoi suis je incapable d aller sur la tombe de mon pere (Mengapa Ku Tak Sanggup Pergi ke Makam Ayah) sebagai hasil residensi panjangnya di Surabaya.

Karya yang terdiri atas foto-foto bidikan kamera analog, arsip, tulisan dan ilustrasi adalah buah dari perjalanan inisiasi yang diawali tahun 2012, tahun kepergian Francois Hemmer, kapten sebuah kapal dagang yang tidak lain adalah ayah Erell Hemmer.


Karya dua fotografer muda Prancis ditampilkan di House of Sampoerna. Foto: Istimewa

Di sebuah peti kemas industri, yang menjadi bagian dari pameran, Erell Hemmer menyampaikan fase demi fase masa duka cita melalui gambar-gambar dan karya fotografi dari perjalanannya di Prancis, Amerika Selatan, Islandia, Jepang dan Indonesia.

Erell Hemmer, fotografer dan desainer grafis berusia 27 tahun berasal dari Havre, Prancis. Lulusan ISAA (Institut Superieur des Arts Appliques) di Rennes, dan ESA le Septante Cinq di Bruxelles sejak 2016.

Karya-karyanya telah ditampilkan di berbagai galeri di Rennes, juga di Bruxelles, terutama di Canal Warf dan Musee Juif.

Pada 2017, Erell Hemmer menjadi fotografer syuting film Drole de Pere, yang disutradarai oleh Amelie Elmbt dan diproduksi oleh Dardenne bersaudara.

Tahun 2018, Erell diundang Institut Prancis di Indonesia menampilkan karyanya La Galerie des Glaces (Balai Cermin) dalam rangka tur nasional. Erell juga berbagi cara pandang tak biasa dari Paris Fashion Week saat berlangsung pameran di Surabaya (Jayanata Beauty Plaza), Jakarta (Senayan City) dan Bandung (NuArt Museum).

Secara paralel pada tur ini, Erell menjalani residensi di Surabaya dan secara khusus tertarik pada pelabuhan Tanjung Perak.

Sedangkan Remi Decoster memilih topik dengan pendekatan sosial dan model penceritaan dongeng ala Indonesia yang diberi judul: L ogre de Gergasi (Raksasa Gergasi) yang ditampilkan di Galeri Paviliun.

Menggunakan bentuk dongeng ala Indonesia, Remi Decoster menyajikan reportase investigasi yang membawanya berjumpa dengan penata rias, penata busana dan penyelenggara acara-acara meriah di Bangkalan, pulau Madura.

Seputar tokoh nyata dan kharismatik, Remi mengeksplorasi tantangan-tantangan manusiawi dan profesional dari komunitas yang dianggap tak biasa, yang mendapat tempat di dalam masyarakat Madura.

Remi Decoster fotografer dan sutradara film dokumenter kelahiran tahun 1990, lulusan Fakultas Ilmu Politik Universite Libre – Bruxelles tahun 2014, master dari sekolah fotografi EFET pada 2016 dan Master Profesional dalam Produksi Film Dokumenter dari Universite de Paris Saclay pada 2018.

Saat ini, Remi tinggal di Paris dan mengembangkan karya yang berpusat di isu-isu minoritas dan masyarakat mikro di dunia global saat ini.

Pada kesempatan undangan dari IFI Surabaya pada 2018, Remi memutar filmnya des Blancs et des Noirs (Yang Hitam dan Putih) saat kunjungan Duta Besar Prancis, mengenai kekuatan penyatu melalui seni dalam lingkungan beragam budaya dan etnis.

Selanjutnya Remi menjalani residensi fotografi dan melakukan penelitian tentang tema ini, dengan menjelajahi hubungan erat antara Surabaya dan pulau Madura.

Menurut Rani Anggraini manager House of Sampoerna pameran kedua fotografer muda Prancis ini tergolong unik. Sebuah pameran foto kontemporer. Satu diantaranya menampilkan peti kemas industri dengan beberapa karya foto, dan pameran ini juga diharapkan mendorong semangat generasi muda Surabaya menyadari pentingnya adat dan budaya untuk sebuah karya.

“Pameran foto dua fotografer muda Prancis ini kontemporer, sekaligus menunjukkan perbedaan cara pandang terhadap kebiasaan yang terjadi disekitar kita. Hal-hal yang dianggap sederhana dapat menjadi sesuatu yang menarik bagi orang lain. Semoga pameran ini juga mendorong semangat generasi muda mencintai adat dan budaya serta menampilkannya dalam karya,” terang Rani Anggraini, Rabu (10/4/2019).

Dua fotografer muda yang baru menyelesaikan studi master, melakukan residensi fotografi selama 3 bulan pada tahun lalu. Mereka mengamati problematika kota Surabaya dan sekitarnya, dan pada 2019, keduanya kembali ke Kota Pahlawan.

Dijadwalkan, pembukaan pameran digelar Kamis (11/4/2019) dan masyarakat dapat menyaksikannya mulai Jumat (12/4/2019) hingga 27 April 2019 di House of Sampoerna.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs