Sabtu, 23 November 2024

Warga Temukan Serpihan Bata Berhias di Situs Kuno Tol Pandaan-Malang

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ismail Lutfi Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur menunjukkan serpihan bata berhias yang ditemukan di Situs Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (14/4/2019). Foto: Antara

Serpihan bata berhias atau berukir ditemukan di situs kuno yang berada di tol Pandaan-Malang Seksi V atau Situs Sekaran, oleh salah seorang warga. Bata tersebut ditemukan warga saat melihat timbunan tanah yang ada di sekitaran lokasi situs, pada Minggu (14/4/2019).

Ismail Lutfi Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jawa Timur, mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memastikan letak pasti dari bata berhias tersebut. Namun, dari wujud fisik bata itu, merupakan serpihan salah satu sudut bangunan yang ada di Situs Sekaran.

“Serpihan temuan terakhir ini, disebut sebagai bata berhias. Kebetulan posisinya bagian pojok, dan bata ini sudah ada ukiran atau pahatannya,” katanya di area Situs Sekaran, Kabupaten Malang dilansir Antara.

Ismail Lutfi menjelaskan, dengan adanya temuan bata berhias tersebut, maka pada salah satu bangunan yang ada di Situs Sekaran sudah bisa diprediksi rampung pembangunannya pada masa lampau. Namun, belum bisa dipastikan apakah seluruh bangunan yang ada memiliki ukiran serupa.

Pada Situs Sekaran, terdapat kluster-kluster dari beberapa bangunan. Pada kluster pertama, terdapat dua bangunan dan sebuah gapura, serta reruntuhan. Pada kluster kedua, ditemukan dinding pembatas, yang diperkirakan menjadi pembatas terhadap bangunan lainnya di wilayah selatan.

“Jadi, ukiran tersebut, tidak akan dilakukan saat strukturnya belum selesai. Dengan adanya data ini, kita boleh menduga, sangat mungkin dulu bangunan tersebut sudah selesai dibangun, terutama pada bagian yang memiliki ukiran tersebut,” katanya.

Menurut Lutfi, bata berhias yang ditemukan pada area pembangunan Tol Pandaan-Malang Seksi V tersebut memiliki dua fungsi. Pertama, hanya sekadar mempercantik bangunan, dan yang kedua adalah terkait hubungan simbol-simbol tertentu yang ingin dihadirkan pada bangunan tersebut.

“Apalagi kalau relief, pasti ada pesan yang ingin disampaikan pada khalayak,” katanya.

Pihaknya belum bisa memastikan bata tersebut berasal dari bagian atas, tengah, atau bawah dari bangunan yang ada. Namun, dirinya meyakini bahwa bangunan pada masa Hindu Budha yang memiliki ukiran, tidak hanya yang berbahan batu.

Salah satu contoh bangunan berbahan bata dan memiliki ukiran adalah Situs Trowulan, di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pada situs tersebut, terdapat Gapura Bajang Ratu, yang memiliki ukiran dari bawah hingga ke atas.

“Di Malang belum ada, tapi ada di Trowulan. Di sana, terdapat gapura Bajang Ratu, yang memiliki ukiran dari bawah. Kemudian, ukiran Sri Tanjung, yang semakin di atas makin muncul lagi, sampai puncak ada ukir-ukirannya. Itu juga berbahan bata,” demikian Ismail Lutfi.(ant/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs