Sabtu, 23 November 2024

Tim Kajian Epidemiologi Prediksi Dampak PSBB Tidak Diterapkan di Surabaya

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan

Kajian Epidemiologi FKM Unair juga memprediksi hal yang akan terjadi, jika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak diterapkan di Surabaya. Dr. Windhu Purnomo Tim Kajian Epidemiologi FKM Unair memprediksi, kurva kasus Covid-19 terus menanjak dan belum bisa dipastikan kapan pandemi itu akan berakhir.

Kondisi itu, lanjut dia, juga akan diperparah dengan ketersediaan ruang isolasi. dr Windhu mengungkapkan, saat ini seluruh rumah sakit di Surabaya sudah over kapasitas.

“Kami (FKM, red) juga melakukan modeling untuk melakukan prediksi apa yang akan terjadi kalau dibiarkan atau tidak ada pembatasan yang lebih ketat. Dari prediksi itu, kurvanya (Covid-19, red) akan menanjak terus hampir eksponensial. Bahkan, sampai bulan Juni belum ketemu melandainya. Itu sangat berbahaya,” kata dr Windhu kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (19/4/2020).

“Kalau hanya kasusnya yang meningkat dan semuanya sembuh 100 persen, gak masalah. Tapi ini kan kematian selalu ada. Dari data yang sekarang, sebenarnya tingkat kesembuhan kita masih jelek. Kalau kasusnya sudah meningkat melampaui dari apa yang kita punya (kapasitas RS, red), juga akan semakin berat. Apalagi RS sekarang over kapasitas,” tambahnya.

dr Windhu mengaku optimis, kalau PSBB diterapkan di Surabaya bisa mempercepat kurva Covid-19 ini segera berakhir. Pihaknya pun mengakui, akan ada dampak yang dirasakan saat PSBB ini dilakukan. Salah satunya berdampak pada mata pencaharian masyarakat.

“Kalau PSBB diterapkan memang gak bisa dipungkiri akan berdampak. Jaring pengaman sosial ini harusnya dipikirkan, karena  ini bukan hanya bicara kesehatan tapi lintas sektor juga. Menurut UU Karantina Kesehatan itu memang ada tanggung jawab dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Itu biar dipikirkan kepala daerah,” ujarnya.

Hasil Kajian Epidemiologi FKM Unair yang menyatakan Surabaya telah memenuhi syarat untuk dilakukan PSBB itu, sudah direspon oleh Pemprov Jatim. Di mana hari ini, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim mengundang tiga kepala daerah Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo.

Pertemuan itu membahas tentang tindak lanjut penerapan PSBB di tiga wilayah tersebut. dr Windhu berharap, masyarakat sama-sama mendukung kalau PSBB resmi diterapkan. Hal itu dilakukan demi memutus mata rantai Covid-19.

“Dengan PSBB ini akan mempercepat kurva epidemologi segera berakhir. Kalau kita biarkan akan naik terus. Harapan kami, mari sama-sama mendukung apa yang diputuskan Pemda, dengan makin patuh maka pagebluk ini akan cepat berlalu. Kalau kita setengah-setengah menjalaninya, kita gak akan tahu kapan berakhir,” kata dia.

Sekedar diketahui, Gubernur memanggil ketiga kepala daerah itu berdasarkan rekomendasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang menekankan pentingnya penerapan status PSBB untuk ketiga kabupaten/kota, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik.

Rekomendasi PERSI ini disampaikan kepada Gubernur, berdasarkan hasil penilaian atau scoring dengan metode evaluasi epidemiologi yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair.

Hasil scoring berdasarkan ketentuan yang diatur Peraturan Menteri Kesehatan tentang PSBB. Skor Surabaya 10 atau angka tertinggi dari skala evaluasi dan sudah memenuhi kriteria PSBB sesuai peraturan menteri.

Catatannya, Surabaya sudah melewati empat kali doubling time. Lalu juga sudah terjadi transmisi level dua serta sudah terjadi transmisi lokal dan transmisi lintas wilayah.

Saat ini, kasus Covid-19 sudah tersebar merata di 31 Kecamatan di Surabaya. Sampai Sabtu (18/4/2020) kemarin, total kasus sebanyak 270 orang yang dinyatakan positif Covid-19. (ang)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs