Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya akan lebih mengoptimalkan dan mempermudah layanan pendaftaran melalui daring pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini sebagai dampak meluasnya Covid-19.
Supomo Kepala Dispendik Surabaya, Selasa (14/4/2020), mengatakan pihaknya telah menyiapkan draft Perwali yang mengatur PPDB serta menyiapkan aplikasi yang bisa diunduh masyarakat dari ponsel.
“Kami sudah pengalaman menggunakan PPDB daring, dan juga didukung oleh teman-teman ITS, insya Allah maksimal. Kami sudah siapkan aplikasinya yang bikin mudah,” kata Supomo, dilansir Antara.
Supomo menambahkan, nantinya siswa akan lebih mudah mengakses. Misalnya dengan memasukkan nomor pendaftaran saja, seluruh data akan langsung tersaji, tanpa perlu siswa memasukkan data ulang.
Selanjutnya, para siswa bisa tinggal memilih ingin mendaftar di sekolah mana, dan melalui jalur apa.
“Sehingga nanti siswa memasukkan datanya, langsung ketemu data itu datanya dia, dia tinggal mengisi dia tujuannya daftar di sekolah mana, di situ ada pilihan,” katanya.
Dia menjelaskan, pada PPDB SD, ada dua jalur pendaftaran yakni melalui zonasi dan perpindahan tugas.
Sementara pada PPDB SMP, ada empat jalur pendaftaran yang telah disiapkan. Pertama jalur zonasi, jalur afirmasi atau mitra warga, jalur prestasi yang meliputi prestasi akademik dan prestasi nonakademik, hingga jalur perpindahan tugas.
“Lebih memudahkan masyarakat, termasuk di dalamnya dia pakai jalur prestasi nonakademik, dia tinggal nambah data diunggah datanya. Misal pernah juara apa- juara apa, tinggal begitu aja,” ujarnya.
Untuk warga yang belum melek IT, Supomo menyebut pihaknya juga bekerja sama dengan guru di sekolah asal murid. Nantinya, proses pendaftaran juga akan dibantu guru.
“Kalau itu nanti bisa dibantu sekolah. Kami juga mensosialisasikan lewat media. Kami siapkan panduan mendaftar untuk masyarakat,” katanya.
Jika ada murid yang belum mendaftar, Supomo mengatakan pihaknya telah mengantongi data lulusan. Nantinya, akan dilakukan pengecekan secara berkala siapa saja yang belum mendaftar.
“Saya punya daftar anak-anak lulusan. Kami lihat, misalnya ada 1.000 lulusan. Kami cek, loh ini nomor 100 sampai 200 kok tidak mendaftar, ya kami datangi. Kami tanya apa kesulitannya kenapa tidak mendaftar,” ujar Supomo.
Sedangkan untuk mendatangi dari rumah ke rumah, Supomo mengakui pihaknya kesulitan. Apalagi di tengah merebaknya Covid-19.
“Kalau door to door kami kesulitan, sekolah kan pasti punya datanya dan bisa mengontak orang tuanya. Karena kalau sekarang door to door kan kita juga riskan,” ujarnya. (ant/ang/ipg)