Upaya meminimalisir kontak secara langsung antara tenaga medis dengan pasien Covid-19 serta mengurangi pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), ITS bersama Unair berkolaborasi menciptakan Raisa sebuah robot pelayan pasien Covid-19, yang Selasa (14/4/2020) diluncurkan.
Raisa merupakan kepanjangan dari Medical Assistant ITS-Unair, diluncurkan sekaligus diserahterimakan kepada Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) di Gedung Pusat Robotika ITS.
Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng., Rektor ITS menyampaikan bahwa proyek tersebut telah dilakukan bersama dengan Unair dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) untuk menyelesaikan satu persatu permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya pandemi Covid-19 ini.
“Hari ini kami berharap kontribusi yang diberikan ini dapat memberikan manfaat untuk para tenaga medis maupun masyarakat luas,” terang Ashari.
Raisa, tambah Ashari sapaan Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng., Rektor ITS, telah dirancang oleh orang-orang yang handal dan tim robot ITS yang sudah memenangkan berbagai lomba di mancanegara.
“Dengan menggandeng orang-orang medis dari RSUA, semakin melengkapi fitur pada robot yang akan dibutuhkan pasien nantinya,” tambah Ashari yang juga guru besar Teknik Elektro ITS ini.
Ditambahkan Prof dr Nasronudin SpPD-KPTI FINASIM, Direktur Utama RSUA bahwa saat ini banyak tenaga medis di Unair membutuhkan pengaplikasian teknologi dari ITS ini. “Robot ini mampu memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang diisolasi seperti mengantar makanan, pakaian, maupun obat-obatan,” kata Nasronudin.
Dokter yang akrab disapa Nasron tersebut menambahkan, walaupun dengan adanya robot ini, pasien juga tetap memerlukan perawat, setidaknya intensitas interaksinya saja yang berkurang.
“Perlunya sentuhan hati dan interaksi langsung dibutuhkan juga sesekali untuk mendukung psikologi dari pasien Covid sendiri,” ujar Nasron sapaan Nasronudin.
Sedangkan menurut Prof Mohammad Nuh, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS bahwa sejatinya ada banyak value yang ada pada Raisa ini. Contohnya, nilai kemanusiaan, karena perawat atau tenaga medis yang biasanya harus berinteraksi dengan pasien sudah bisa digantikan dengan robot.
“Sehingga dengan adanya robot ini, tenaga medis bisa mempunyai tenaga lebih dan mengurangi terjadinya penularan,” kata M. Nuh.
Mantan Mendikbud ini menambahkan, nilai ekonomi juga bisa didapatkan, karena jika memesan robot dari luar negeri biayanya hanya akan menguntungkan mereka (produsen luar negeri) saja.
Karena itu, ITS dan Unair percaya bisa membuatnya sendiri sehingga akan menghasilkan nilai ekonomi yang lebih besar. “Tak lupa nilai kebersamaan, bersama Pemprov (Jatim), ITS dan Unair bersama mengurangi penyebaran SARS-Cov-2,” pungkas M. Nuh.
Dalam demo robot yang perkiraan menghabiskan biaya Rp 100 juta per unit ini, Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Dr Emil Elestianto Dardak ikut merasakan kecanggihan dan melakukan uji coba langsung kepada robot ini. “Raisa ini menarik, selain penampilan interface-nya yang cute, juga bisa menghubungkan pasien dengan perawat yang ada di luar melalui layar,” terang Emil.
Wagub kelahiran Jakarta ini mengharapkan agar robot Raisa ini dipercepat produksinya, apabila sudah dioperasikan dengan baik di RS Unair diharapkan bisa segera dioperasikan secara massal. “Karena kami (Pemprov Jatim, red) sudah menyiapkan dana dari APBD yang khusus untuk mengembangkan riset dan teknologi,” tegas Emil.
Sementara itu, ditambahkan Muhtadin ST MT, satu diantara tim peneliti robot dari ITS menjelaskan, jika robot ini bisa beroperasi bergantung pada koneksi Wireless Fidelity (Wifi), dan dengan spesifikasi baterai 0,85 kWh Raisa digadang-gadang mampu bertahan sekitar 8-10 jam.
“Uji coba juga sudah dilakukan, sedang untuk menjaga kesterilannya juga bisa dilakukan dengan menggunakan disinfektan,” tegas dosen Teknik Komputer ITS ini.
Raisa dikendalikan menggunakan remote control dari jarak jauh dengan joystick. Robot ini merupakan gabungan teknologi yang ada pada empat robot milik ITS sebelumnya, yakni robot sepakbola beroda (Iris), robot kapal tanpa awak (Barunastra), robot humanoid (Ichiro) dan robot untuk Kontes Robot Indonesia (KRI).
Robot setinggi 1,5 meter ini dilengkapi dengan empat rak secara bersusun yang bisa membawa banyak barang maksimal 50 kilogram. Selain itu juga dilengkapi monitor untuk komunikasi dua arah antara tenaga medis dengan pasien menggunakan multimedia.(tok/ipg)