Jumat, 22 November 2024

Apindo Jatim: PHK Sudah di Ambang Pintu

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Pengunjung menikmati pemandangan di salah satu hoteldi Malang, Jawa Timur. Foto: Antara

Penyebaran virus Covid-19 sejak awal Maret 2020 hingga saat ini di Indonesia, telah melumpuhkan banyak sektor industri, tak terkecuali beragam industri di Jawa Timur. Mulai dari industri makanan dan minuman, tekstil, baja, otomotif hingga pariwisata, mengalami perlambatan bahkan penurunan signifikan.

Tri Andi Suprihartono Wakil Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jatim mengatakan, beberapa perusahaan sudah dan akan menerapkan sistem shifting pekerja dengan satu hari kerja dan satu hari libur untuk beberapa minggu ke depan, untuk menekan ongkos produksi.

Apalagi beberapa sektor yang menggantungkan momen ramadhan dan Idul Fitri sebagai puncak kegiatan produksimnya seperti tekstil, yang harus ‘gigit jari’  karena ketidakpastian daya serap pasar akibat wabah corona yang diprediksi berlangsung hingga Mei mendatang.

“Kalau di tekstil biasanya 1.500 karyawan, sekarang jadi cuma 300. Bisa kita bayangkan 80% dipangkas,” ujarnya.

Begitu juga di sektor makanan dan minuman yang hingga saat ini pertumbuhannya masih stagnan. Menurut Andi, kondisi ini sangat menyulitkan karena jika pasar tidak mau menyerap, maka indutri juga enggan melakukan penambahan produksi.

Situasi ini, lanjutnya, akhirnya membuat perusahaan memiliki beban ongkos produksi yang besar dan terpaksa ‘merumahkan’ karyawan atau melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

“Secara siginifikan (dampaknya) di proses produksi. Ketika kelangsungan usaha terancam dan tidak mampu lagi memberikan arah produksi yang jelas, maka PHK memang sudah di ambang pintu,” kata Andi kepada Radio Suara Saurabaya, Senin (6/4/2020).

Ia menjelaskan, PHK sudah banyak terjadi di sektor pariwasata dan perhotelan. Beberapa hotel yang memiliki cabang di beberapa kota, lanjutnya, terpaksa harus menutup hotel karena terjadi penurunan hingga 90 persen.

“Kawan-kawan kita di perhotelan yang memiliki 10 cabang di Surabaya dan Gresik, sekarang tinggal dua hotel yang buka. Begitu juga di Malang, penurunan sampai 90%, bertahan saja susah. Bahkan bisa dikatakan tidak layak buka,” tambahnya.

Nafas yang tersengal-sengal juga dialami oleh industri yang mengandalkan bahan baku impor. Pembatasan transportasi luar negeri baik dari pengiriman melalui laut dan udara, otomatis membuat industri tersebut juga terancam gulung tikar.

“Perusahaan yang menyetok bahan matrial untuk 6 bulan kedepan, masih terselamatkan. Tapi bagaimana kalau yang sistemnya satu bulan impor, satu bulan impor, pasti saat ini terancam,” tambahnya.

Untuk mengatasi situasi ini, Andi mengatakan pihaknya berupaya untuk memberikan pemahaman kepada pengusaha, agar secepatnya melakukan reposisi atau restrukturisasi. Terlebih, dampak Covid-19 tidak hanya dirasakan oleh sektor industri saja, namun hampir di semua bidang.

“Ya, semua memiliki kondisi yang sama dengan kita. Jadi kita harus memberikan pemahaman yang benar dari pengusaha level atas sampai level bawah, bahwa musibah ini tidak hanya dirasakan oleh satu-dua orang saja,” imbuhnya.(tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs