Situasi pandemi Covid-19 yang saat ini masih melanda Indonesia, secara psikologis bisa membuat orang seolah-olah tertular penyakit ini, padahal tidak.
Diana Rahmasari Kepala Departemen Psikologi Unesa sekaligus Tim Crisis Center Covid-19 Unesa menyatakan, stimulus berupa stressor yang diakibatkan pandemi Covid-19 memungkinkan orang tersugesti dan mudah mengidentifikasikan dirinya dengan gejala orang yang positif terpapar virus corona.
“Dalam kondisi ini, maka individu akan mudah tersugesti, mengidentifikasikan diri dengan gejala orang yang positif terpapar corona. Batuk sedikit, batuk pilek, sudah langsung merasa gejala terjangkit atau terpapar corona,” ujar Diana kepada suarasurabaya.net, Kamis (2/4/2020).
“Bisa juga menjadi sedemikian takut dan cemasnya terkena virus, sehingga menjadi paranoid, ya. Seperti mau ngapa-ngapain takut kena virus. Kondisi ini diperparah jika banyak mengonsumsi berita hoaks yang tidak edukatif mengenai corona atau Covid-19,” tambahnya.
Kondisi ini, menjadi makin tidak mudah, ketika masyarakat masih dalam tahap menyesuaikan diri dengan upaya tetap berada di rumah untuk memutus rantai penyebaran virus. Diana menjelaskan, keadaan ini bisa memicu perasaan jenuh, terisolasi, dan terkungkung, akibat terbatasnya interaksi sosial.
“Apalagi individu yang memiliki kepribadian tipikal kinestetik, minat outdoor tinggi dan need affiliasi tinggi akan mudah jenuh bahkan bisa stres ya karena tidak bisa ketemu teman, berkegiatan di luar rumah,” jelasnya.
Gejala psikologis merasa seolah-olah terpapar virus corona, juga terjadi di kalangan mahasiswa yang ditangani Crisis Center Unesa.
“Kecemasan ketakutan kekhawatiran saat muncul gejala fisik yang mirip gejala terjangkit virus Covid-19. Ada juga karena stres, kurang makan kemudian badannya menjadi drop,” katanya.
Ia menganjurkan, agar masyarakat mencoba mencari alternatif kegiatan yang kreatif di dalam rumah agar tidak merasa terisolasi. Ia juga mengingatkan agar masyarakat terus berpikir positif selama pandemi berlangsung.
“mengubah mindset terhadap kondisi saat ini dengan berpikir positif. Memaknai kondisi di rumah aja secara positif. Ambil hikmahnya seperti bisa lebih dekat dengan keluarga, lebih punya waktu menjalankan hobi seperti masak, menulis, membuat prakarya, dan lain-lain juga lebih bisa meningkatkan ibadah,” pungkasnya. (bas/tin/ipg)