Empat pegiat komunitas dari empat kota, yaitu Surabaya, Bali, Tangerang Selatan, dan Bekasi, menggagas sebuah gerakan alternatif untuk memberdayakan anak-anak muda di daerah agar tetap produktif di kotanya sendiri.
Fithor Fatis salah satu penggagas Ruangtuju mengatakan gerakan akan berfokus pada potensi-potensi kreatif yang ada di daerah seperti musik, seni rupa, seni lukis, seni tari, dan sebagainya agar dapat mengembangkan dirinya tanpa harus pindah ke Jakarta.
“Kenapa gak mencoba support lokal? Yang sudah ada di kota-kotanya. Jangan hanya melihat pusat, Jakarta, band-band lokal gak kalah kok sama Jakarta. Bosen lah Jakarta mulu, dikit-dikit Jakarta,” ujarnya ketika menggelar Konferensi Pers di Skale Space, Surabaya pada Selasa (23/4/2019).
Gerakan ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi musisi dan talent lokal lain agar memiliki ruang-ruang untuk memaperkan karyanya di berbagai daerah. Saat ini, Ruangtuju sudah memiliki 121 database komunitas dan ruang eksibisi di seluruh Indonesia yang akan mempermudah seniman dari mana saja untuk melakukan tour.
Rudolf Dethu penggagas Ruangtuju asal Bali juga bercerita tentang ekosistem kreatif yang perlu dibangun di daerah agar tidak bergantung pada sentralisasi Jakarta. Menurutnya, di Bali, gerakan semacam ini sudah dimulai sejak tahun 1999.
“Di Bali sudah terbentuk (ekosistemnya, red). Sudah ada (Band, red) seperti Superman Is Dead, Navicula. Akhirnya kepercayaan diri tumbuh,” ungkapnya.
Sebagai informasi, Surabaya menjadi kota pertama yang dikunjungi Ruangtuju untuk mengenalkan gerakan ini. Setelah Surabaya, akan ada beberapa kota lagi yang dikunjungi seperti Semarang, Tangeran, Medan, dan Samarinda. (bas/iss/ipg)