Infeksi Covid-19 akibat virus SARS CoV-2 gejalanya identik dengan pneumonia atau radang paru-paru. Batuk, nyeri dada, demam, dan sulit bernapas. Karena itu pada awal kemunculannya di China, penyakit ini disebut pneumonia berat atau pneumonia misterius.
Covid-19 menginfeksi paru seperti SARS yang juga melanda China pada 2002-2003 silam. Sebab itulah para dokter spesialis paru yang menjadi pengambil keputusan penanganan pasien Covid-19. Begitu juga di Jawa Timur.
Setidaknya ada 152 orang dokter spesialis paru di seluruh Jawa Timur yang memimpin dokter spesialis lain di rumah-rumah sakit rujukan yang menangani pasien Covid-19.
“Kami sudah kasih pedoman. Leader-nya dokter paru. Hampir semua rumah sakit di Surabaya punya. Kurang lebih ada 152 orang dokter spesialis paru yang bertugas memimpin penanganan pasien Covid-19 di Jawa Timur.”
Demikian pernyataan dr Joni Wahyuhadi Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur dalam konferensi pers bersama Gubernur Jawa Timur, di Gedung Negara Grahadi, Senin (30/3/2020) petang.
Sebagaimana diketahui, kebanyakan pasien Covid-19 dengan risiko fatalitas tinggi (meninggal) adalah pasien yang sebelumnya punya penyakit lain. Penyakit jantung dan diabetes yang seringkali meningkatkan risiko itu.
“Jadi kalau ditanya jumlah seluruh dokter yang menangani? Ya, bervariasi. Tergantung case (kasus)-nya. Kalau ada komplikasi diabetes, ya, ditambah dokter (spesialis) endokrin. Kalau jantung, ya, ditambah dokter jantung,” katanya.
Sejauh ini, dr Joni mengakui, ada dua dokter di Jawa Timur yang terinfeksi Covid-19. Keduanya terinfeksi bukan saat sedang menangani pasien, tapi karena kontak dengan pasien yang ternyata positif Covid-19.
“Keduanya bukan dokter senior. Mereka kenanya pas tidak sengaja berpapasan dengan pasien. Jadi tidak di dalam proses pelayanan pasien Covid-19,” ujar dr Joni yang juga Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya.
Joni mengatakan, kedua dokter itu sudah sembuh. Setelah dua kali tes PCR lanjutan, hasilnya negatif Covid-19. Satu di antara dua dokter itu adalah dr Markus, dokter Program Pendidikan Spesialis (PPDS) Anastesi di RSUD dr Soetomo.
Tertularnya dokter di luar penanganan, kata Joni, bukti bahwa semua dokter dan tenaga medis di Jatim sudah menjalankan prosedur sesuai ketentuan yang ditetapkan kementerian kesehatan untuk penanganan pasien covid-19.
Salah satu prosedur terpenting dalam penanganan pasien Covid-19 adalah pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti baju hazmat, masker, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pencegahan (precaution).
Soal ketersediaan APD untuk para tenaga medis dan paramedis, itu cerita lain. Sudah cukup banyak kelompok masyarakat yang peduli, dengan berbagai upaya menggalang dana untuk membantu pengadaan APD bagi para pahlawan di garda terdepan melawan Covid-19 itu.(den/rst)