Sabtu, 23 November 2024

Kemristek Kembangkan Vaksin COVID-19 Dalam Waktu 12 Bulan

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi COVID-19. Grafis: suarasurabaya.net

Kementerian Riset dan Teknologi /Badan Riset dan Inovasi Nasional melalui Konsorsium COVID-19 sebagai tim yang akan fokus pada penanganan COVID-19, akan mengembangkan vaksin COVID-19 dalam waktu kurang lebih 12 bulan.

“Selain itu tentunya dengan terlibat dalam pengujian sampel kita harapkan dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Kita coba untuk mengembangkan vaksin untuk COVID-19,” kata Bambang Brodjonegoro Menristek pada konferensi video bersama awak media di Jakarta, Kamis (26/3/2020).

Dia menuturkan, waktu 12 bulan untuk pengembangan vaksin terbilang cukup cepat. Namun akan diupayakan berbagai cara jika sekiranya dapat dikembangkan dalam jangka waktu yang lebih pendek.

Kemristek juga membuka kemungkinan untuk bekerja sama dengan pihak luar negeri yang juga ingin atau sedang mengembangkan vaksin untuk COVID-19 dalam rangka percepatan pengembangan vaksin itu.

“Secepat dan seakurat mungkin kita bisa menciptakan vaksin untuk penanganan COVID-19,” ujarnya, dilansir Antara.

Meskipun jika ada pihak luar negeri yang berhasil memproduksi vaksin, bukan berarti Indonesia tidak menciptakan vaksin itu. Menurut Bambang, Indonesia sendiri harus mempunyai kemampuan untuk memproduksi vaksin tersebut karena itu juga dibutuhkan semua penduduk Indonesia. Selain itu, dunia juga akan membutuhkannya.

Apalagi jika produksi vaksin COVID-19 di luar negeri itu masih terbatas untuk diekspor, karena tentu akan terlebih dulu memenuhi kebutuhan penduduk dalam negeri masing-masing. Oleh karena itu, kemandirian bangsa Indonesia sangat dibutuhkan dalam memproduksi vaksin COVID-19 agar tidak bergantung pada luar negeri.

Menurutnya, itu akan menjadi masalah ketika vaksin dibutuhkan dalam jumlah banyak secara mendesak, tapi suplai impor tidak mampu mendukung.

“Jadi kemampuan kita secara mandiri membuat vaksin itu sangat diperlukan dan tentunya komunitas Ristek/BRIN sudah siap untuk mengembangkan vaksin tersebut dengan didukung fasilitas yang sangat memadai seperi laboratorium bio safety level 3 di Eikjman dan LIPI,” tuturnya.

Amin Soebandrio Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan pihaknya sedang mendiskusikan pengembangan vaksin dengan para peneliti dan PT Bio Farma.

“Kami merencanakan akan membuat satu vaksin mengingat waktunya yang cukup pendek dan dikaitkan dengan feasibility-nya (kelayakannya), dan diharapkan bisa membangkitkan respon imun yang sangat baik,” tutur Amin.

Vaksin itu diharapkan bisa membangkitkan atau menstimulasi pembentukan anti bodi, sehingga bisa melawan serangan virus corona penyebab COVID-19. Dengan demikian virus itu tidak mampu menginfeksi tubuh.

“Tentunya anti bodi harus bisa mempunyai sifat protektif artinya melindungi dari infeksi virus mudah-mudahan tidak terjadi infeksi kalau terjadi infeksi juga tidak berat,” ujarnya.

Vaksin tersebut dikembangkan juga harus memiliki sifat proteksi silang (cross protection) antara antigen vaksin terhadap virus Corona yang sedang beredar.

Pihaknya berharap vaksin yang dikembangkan itu bisa melindungi masyarakat Indonesia dari infeksi virus corona yang berikutnya, karena hingga saat ini sudah ada tiga jenis virus corona yang menyerang yakni Middle East respiratory syndrome-related coronavirus (MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV), dan Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

“Proses pengembangan vaksinnya butuh waktu yang cukup lama sekitar 12 bulan walaupun kami berharap bisa lebih pendek tapi mungkin ketika vaksin ini tersedia Insya Allah pandemi (COVID-19) yang saat ini berlangsung sudah turun tapi kemampuan ini harus tetap dijaga dan dipelihara sehingga nanti kalau ada ancaman berikutnya kita tinggal hanya pencet tombol saja langsung bisa memproduksi vaksin dalam jumlah cukup besar,” tuturnya.

Dalam waktu dekat, Lembaga Eijkman akan berkirim surat ke semua institusi potensial untuk terlibat dalam pengembangan vaksin COVID-19.

Lembaga Eijkman membutuhkan ahli dari berbagai bidang di antaranya imunologi, vaksinologi, virologi, percobaan pada hewan, dan kloning molekuler, serta mengajak ahli-ahli di bidang tersebut untuk bergabung di Konsorsium COVID-19. (ant/ang/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs