Sebagaimana yang diminta Joko Widodo Presiden, Pemprov Jatim berniat untuk memberikan reward (penghargaan) untuk para tenaga medis frontliner, yang menangani langsung pasien COVID-19.
Dokter Joni Wahyuadi Direktur Utama RSUD Dr Soetomo Surabaya mengatakan, Pemprov saat ini masih sedang menghitung-hitung reward yang akan diberikan kepada mereka.
“Kami sedang ngitung-ngitung. Karena ternyata, tenaga medis yang tidak berisiko tinggi juga minta reward. Makanya kami atur. Bu Gubernur sudah perintahkan saya menyusun guideline-nya. Supaya adil,” ujarnya di Grahadi, Sabtu (21/3/2020).
Tidak hanya reward, Pemprov Jatim juga berencana memperbanyak suplementasi gizi kepada seluruh tenaga medis di Jawa Timur yang menjadi ujung tombak penanganan pasien COVID-19 di Jatim.
Pemimpin Satgas Kuratif dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Jatim itu juga memastikan, seluruh rumah sakit di Jatim sudah menerapkan buku pedoman penanganan dari Kemenkes.
Pertama, untuk tim tenaga medis frontliner, seluruhnya harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Mulai dari masker, goggles, gaun medis, dan khusus di ruang isolasi, memakai baju seperti robot.
“Jadi harus paham betul. Jadi (tenaga medis) yang banyak kena itu pada saat kontak di mana pasien belum definitif (positif COVID-19). Yang bersangkutan tidak memakai APD sesuai standar,” katanya.
Joni juga mengatakan, secara epidemologi COVID-19 sebenarnya bukan termasuk penyakit yang ganas. Berdasarkan catatan, 80 persen pasien COVID-19 baik-baik saja. Hanya dua persen yang butuh ventilator, dan 8 sampai 9 persen pasien sakit berat.
“Tetapi cara penularannya sangat cepat. Jadi masalah karena orang yang masih dalam masa inkubasi, yang masih sehat-sehat saja, itu bisa menularkan virus. Jadi Precaution (kehati-hatian/persiapan) harus dilakukan,” ujarnya.
Kebersihan, kata dr Joni, menjadi syarat utama. Social distancing juga menjadi syarat utama. Sesuai buku panduan Kemenkes, tenaga medis disarankan tidak terlalu dekat dengan pasien. (den/ang/ipg)