Radio Suara Surabaya kembali menjadi radio jujugan bagi mereka yang ingin mengetahui banyak hal tentang media penyiaran radio. Kali ini, giliran rombongan dari Paguyuban Radio Katolik di Indonesia yang berkunjung ke Kantor Suara Surabaya di Jalan Wonokitri Besar nomor 40C, Surabaya.
Sekitar 24 orang dari perwakilan radio dari seluruh Keuskupan se-Indonesia datang berkunjung untuk berbagi pengalaman tentang manajemen dan produksi berita di bidang penyiaran radio.
“Kita datang kesini untuk belajar soal manajemen radio, karena kita tahu, radio Suara Surabaya sudah lama mengudara dan punya pengalaman dan dari sisi manajemen sudah matang,” kata Romo Kamilus Pantus dari Konferensi Wali Gereja Indonesia di Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Sebagai ketua rombongan, Romo Kamilus berharap agar para anggota paguyuban yang bergerak di bidang kewartaan dan penyajian informasi, memperoleh banyak hal dari kunjungan kali ini.
Rombongan berkunjung ke ruang gatekeeper Radio Suara Surabaya. Foto: Anton Suara Surabaya
Kunjungan diawali dengan melihat langsung ke ruangan on air. Disana, Aini Kusuma penyiar Radio Suara Surabaya menjelaskan bagaimana cara kerja radio Suara Surabaya. Mulai dari menerima informasi dari pedengar yang disaring terlebih dahulu oleh tim gatekeeper, sebelum di on air-kan di radio.
Rombongan berkunjung ke ruang on air (siaran) Radio Suara Surabaya. Foto: Anton Suara Surabaya
Para rombongan tampak antusias dalam kegiatan ini. Beberapa dari mereka bahkan menanyakan langsung kepada Errol Jonathans Direktur Utama Suara Surabaya Media, tentang beberapa sistem pengelolaan radio yang berbasis citizen journalism.
Setelah itu, sebagian dari rombangan juga mengunjungi divisi New Media. Disana, mereka dijelaskan tentang konvergensi radio dengan media digital lain seperti media sosial, website dan tim grafis yang memuat informasi visual.
“Kita jadi banyak tahu soal menejemen (radio, red), bagaimana mengelolanya, bagaimana menata musik dan program, dan bagaimana menerima informasi yang didapat dari masyarakat langsung,” kata Pastur Yostinus, yang sekaligus pemilik Radio Katolik di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Disana, ia berbagi pengalamannya sebagai pengola radio lokal, dimana dari segi sarana pra sarana serta masyarakatnya, masih jauh tertinggal jika dibandingkan perkembangan radio di kota besar.
“Kalau dibandingkan sama disini (Radio Suara Surabaya, red), ya masih jauh, disini sudah banyak menguasai banyak hal. Pertama, karena disini masyarakat sudah mau terlibat dalam menyampaikan informasi. Kedua, sarana dan pra saranan disini juga memadai,” tambahnya.
Namun, keterbatasan itu tidak membuatnya menyerah untuk mengembangkan radio lokal. Menurutnya, radio masih memiliki peran dalam mengedukasi masyarakat terkait banyak hal. Meski dilain sisi juga, radio lokal juga memerlukan lebih banyak perhatian.(tin/rst)