Sabtu, 23 November 2024

Unesa Deklarasikan Kampus Bebas Kekerasan Seksual

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendeklarasikan kampus bebas kekerasan seksual di Auditorium Rektorat Unesa, Surabaya pada Jumat (26/4/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendeklarasikan diri sebagai kampus bebas kekerasan seksual di Auditorium Rektorat Unesa, Surabaya pada Jumat (26/4/2019). Gerakan ini dideklarasikan oleh Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), pusat studi baru Unesa yang fokus pada persoalan keadilan gender dan anak.

Mutima Faidah Ketua PSGA mengatakan, deklarasi ini dilatarbelakangi dari berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi di beberapa kampus di Indonesia. Ia menilai, banyak dari tindak kekerasan seksual yang terjadi tidak diselesaikan secara maksimal.

“Hanya berhenti pada kata damai, korbannya pun akhirnya mengalami depresi, seperti kasus Meliana, di kasus Agni juga tidak tuntas. Karena itu kami, PSGA, memiliki inisiatif untuk memberikan sebuah gerakan anti kekerasan seksual, sebuah kampanye sosial bahwa civitas akademika Unesa bersama-sama agar tindakan tersebut tidak terjadi di kampus kami yang tercinta,” ujar Mutima ketika ditemui di lokasi deklarasi pada Jumat (26/4/2019).


Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendeklarasikan kampus bebas kekerasan seksual di Auditorium Rektorat Unesa, Surabaya pada Jumat (26/4/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, PSGA juga mengaku akan melakukan beberapa tindakan preventif, seperti program pre-married education, pendidikan berkeadilan gender, dan pembentukan sahabat setara. Ia menjelaskan, pre-married education adalah pendidikan pra-nikah yang diperuntukkan bagi mahasiswa semester 6 keatas agar mampu menyiapkan dunia pernikahan dengan baik.

“Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan tahun 2015-2017, yang menempati tempat tertinggi perceraian, pertama Jatim, Jabar, dan ketiga Jawa Tengah. Semuanya ada di Jawa,” ungkapmya.

Sedangkan, pendidikan berkeadilan gender adalah penelitian yang akan dilakukan oleh PSGA guna menemukan sebuah relasi gender yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam lingkungan kampus. Hal ini penting agar mereka mampu menciptakan kampus Unesa yang anti kekerasan seksual.

“Ada hotline center, dimana mahasiswa dapat melaporkan, curhat, dan lain-lain serta kerahasiannya dijamin,” ujar ketua PSGA tersebut.

PSGA juga membentuk Sahabat Setara, sebuah kader anti kekerasan seksual yang diambil dari elemen mahasiswa. Menurutnya, sahabat setara peluang agar mereka dapat mengetahui problem-problem yang terjadi diantara mahasiswa.

“Entah itu keluhan, kemudian hal-hal yang berkaitan dengan gender, kekerasan, dan isu lainnya, itu akan segera ada tindakan preventif dan solutif,” katanya.

Saat ini total anggota Sahabat Setara berjumlah 22 orang dari berbagai elemen mahasiswa yang ada di Unesa. Sebagai informasi, sebelumnya PSGA lebih dulu ada dengan nama Pusat Studi Wanita (PSW) pada tahun 2006. Lembaga ini vacum pada tahun 2014 dan kembali dilaunching dengan nama baru. (bas/dwi/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs