Sabtu, 23 November 2024

BaaDaaBoo Latih Kepekaan Indera Peraba Siswa Tunanetra

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
netra Siswa tunanetra mencoba memainkan BooDaaBoo karya mahasiswi ITS Surabaya. Foto: Humas ITS

BaaDaaBoo dirancang Fikria Nur Baiti, mahasiswi S1 Departemen Desain Produk Industri ITS untuk siswa tunanetra sebagai bagian latih kepekaan indera peraba.

Fikria Nur Baiti, mahasiswi S1 Departemen Desain Produk Industri ITS, rancang mainan BaaDaaBoo menggabungkan beberapa permainan yang dibungkus menjadi lebih segar untuk anak tunanetra yang masih dalam usia bermain.

Betty sapaan Fikria Nur Baiti menyampaikan bahwa biasanya permainan yang sering ditemui langsung terfokus pada pembelajaran huruf Braille atau sejenis sistem tulisan sentuh yang diperuntukkan untuk penyandang tunanetra.

“Masih jarang terdapat mainan khusus, utamanya untuk menunjang gerak aktif anak atau siswa-siswa tunanetra,” terang Betty.

Remaja asal Gresik ini menjelaskan, permainan yang ia buat ditargetkan untuk anak yang masih dalam usia bermain. “Karena untuk usia 4 hingga 6 tahun, mainan dibuat lebih fokus untuk pembelajaran tekstur dan orientasi mobilitas atau bergerak berpindah-pindah dengan arah tertentu,” kata Betty.

Latihan terhadap kemampuan motorik dan konsep arah pada anak, lanjut Betty juga didapat sekaligus saat bermain mainan buatannya. Betty menerangkan bahwa ukuran dari mainan ini cukup besar. Jika mainan dirangkai secara keseluruhan, ukurannya mencapai 2 x 2 meter.

“Mainan ini dibuat dalam bentuk puzzle, sehingga dapat diubah-ubah konfigurasi bentuknya,” kata mahasiswi angkatan tahun 2015 ini.

Lintasan mainan dapat diubah sesuka hati, bisa berbentuk lurus, belok, dan sebagainya. Betty pun menerangkan, lintasan mainan yang dirancangnya tersebut timbul sebagai petunjuk arah. “Sepanjang lintasan juga ada potongan berbagai bentuk puzzle dan alasnya, sehingga anak bisa bermain puzzle dengan mencocokkan bentuknya,” ujar Betty.

Puzzle, ujar Betty tersedia dalam berbagai bentuk geometris. Ada bentuk segitiga, lingkaran, kotak, dan segilima yang dibuat dengan variasi tekstur halus dan kasar.

Selain itu, terdapat suara lagu tentang bentuk geometris yang dapat diputar saat bermain. “Jadi, ada lintasan yang bisa diikuti anak sambil bermain puzzle agar lebih menyenangkan dan tidak membosankan,” kata Betty.

Dengan satu permainan, menurut Betty, manfaat yang didapat oleh anak cukup banyak. Antara lain dapat melatih kepekaan terhadap indera peraba, melatih konsep arah dengan berkonsentrasi saat berjalan mengikuti lintasan, dan juga orientasi mobilitas.

Terlebih lagi, mainan ini aman digunakan penyandang tunanetra dengan menggunakan bahan dari karet EVA atau biasa kita ketahui dengan nama spons.

“Mainan ini sudah pernah dicoba oleh anak penyandang tunanetra di SLB (Sekolah Luar Biasa) di Surabaya dan Gresik, mereka pun senang bermain puzzle geometris dan menyukai suara dari mainannya,” papar Betty.

Betty membenarkan bahwa karya sebagai tugas akhir ini memang masih banyak kekurangan, dikarenakan waktunya hanya singkat. Betty berharap permainan karyanya ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik.

“Semoga mainan ini dapat diproduksi dan diberikan ke sekolah-sekolah yang membutuhkan nantinya, sehingga anak penyandang tunanetra dapat merasakan manfaatnya langsung,” pungkas Betty, Kamis (12/3/2020).(tok/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs