Pasangan yang susah memiliki anak bukan selalu disebabkan oleh faktor perempuan. Hal tersebut hanyalah mitos yang berkembang di masyarakat.
Dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd (K) Dokter spesialis Andrologi RSIA Ferina Surabaya mengatakan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama menjadi penyebab infertilitas.
“Sebetulnya nggak juga. Separuh perempuan, separuh laki-laki. Pemeriksaannya itu, perempuan itu datang, selama cadangan telurnya ada, masih bisa. Kemudian diperiksa virus, dan sebagainya. Kalau laki ada (diperiksa) sperma dan sebagainya. (Penyebabnya) bisa dari sperma dan sel telurnya,” ujar Dr. Aucky saat menghadiri peluncuran buku “Mimpi yang Sempurna” yang menceritakan tentang pengalaman pasangan yang berhasil memiliki anak lewat bayi tabung di Surabaya pada Minggu (8/3/2020).
Dalam pemeriksaan kasus susah punya anak pun, pasangan tersebut harus datang berdua. Sebab, mereka menolak memeriksa hanya dari satu sisi saja.
“Sehingga harus berdua. Agar tahu masalahnya. Selama ini, kadang biasanya perempuan datang sendiri. Gak boleh, harus datang dengan suaminya. Karena kalau nggak bagus suaminya, mesti kita obati juga agar spermanya bagus. Karena kehamilan tergantung sperma dan sel telur,” pungkasnya.
Meski begitu, perempuan perlu memperhatikan faktor usia ketika memilih memeriksakan diri ke dokter. Sebab, semakin tua umur perempuan, akan makin sedikit kemungkinan keberhasilannya untuk mengikuti program. Sedangkan, untuk laki-laki, tidak ada batasan usia.(bas/tin)