Sabtu, 23 November 2024

Harga Minyak Jatuh Setelah Trump Menekan OPEC Agar Meningkatkan Produksi

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Illustrasi: Kilang minyak Aramco di dekat Khurais, Riyadh, Saudi Arabia. Foto: Reuters

Harga minyak dunia jatuh sekitar tiga persen pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menekan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi minyak mentah guna menurunkan harga bensin.

“Harga bensin harus turun. Saya menelepon OPEC, saya bilang Anda harus menurunkannya. Anda harus menurunkannya,” kata Trump kepada wartawan Jumat (26/4/2019) dalam perjalanan ke sebuah acara di Indianapolis, menurut media setempat dilansir Antara Sabtu (27/4/2019).

Para pedagang mengatakan komentar Trump, meskipun kurang spesifik, cukup menjadi katalis memicu investor mengambil keuntungan setelah kenaikan panjang yang telah mendorong harga tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, turun 1,91 dolar AS atau 2,9 persen, menjadi menetap pada 63,30 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, turun 2,20 dolar AS atau 3,0 persen, sehingga ditutup pada 72,15 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Brent datar pada minggu ini setelah reli selama empat minggu berturut-turut. WTI mencatat kerugian mingguan 1,2 persen, menghentikan kenaikan enam minggu berturut-turut.

Trump mengaku tidak hanya mendesak OPEC, dia juga mengatakan desakan yang sama kepada kartel agar menurunkan harga minyak mentah tanpa mengidentifikasi siapa yang dia ajak bicara, atau apakah ia berbicara tentang diskusi sebelumnya dengan para pejabat OPEC.

Sejak menjabat, Trump telah menekan OPEC pada banyak kesempatan di Twitter, sering mendesak kartel untuk menurunkan harga. Pernyataannya cenderung memiliki efek sementara di pasar.

Terlepas dari itu, kata-katanya pada Jumat (26/4/2019) sudah cukup untuk merobohkan pasar setelah kenaikan beberapa minggu.

“Begitu komentar itu keluar, itu sudah cukup amunisi untuk membuat orang mengangkat posisi jangka panjang,” kata Josh Graves, ahli strategi komoditas senior di RJO Futures di Chicago seperti dikutip dari Reuters. “Mereka menjual sebagian atau seluruh saham di petunjuk pertama berita bearish (tren penurunan).”

Pada Kamis (25/4/2019), Brent naik di atas 75 dolar AS per barel untuk pertama kalinya tahun ini, setelah Jerman, Polandia dan Slovakia menangguhkan impor minyak mentah Rusia melalui pipa besar karena kontaminasi. Rusia mengatakan berencana untuk memulihkan pasokan minyak melalui pipa penting Druzhba ke Eropa dalam dua minggu.

Minyak mentah berjangka telah naik lebih dari 30 persen tahun ini setelah OPEC dan beberapa sekutunya memotong pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari, dan karena sanksi-sanksi terhadap Venezuela dan Iran telah mengurangi produksi.

Pedagang juga mengatakan aksi jual pada Jumat (26/4/2016) sebagian karena rumor bahwa Washington dapat memberikan China pengecualian yang memungkinkannya terus membeli minyak Iran, yang akan meningkatkan pasokan yang tersedia di seluruh dunia.

Dua pejabat pemerintah Trump membantah desas-desus itu, mengatakan tidak ada periode penghentian atau pengabaian jangka pendek atas pembelian minyak China dari Iran yang sedang dipertimbangkan sepengetahuan mereka.

Amerika Serikat dan China terus menegosiasikan kesepakatan perdagangan untuk mengakhiri perselisihan selama berbulan-bulan.

Pasar memangkas beberapa kerugian setelah pengebor minyak AS minggu ini melakukan pengurangan terbesar jumlah rig mereka dalam lebih dari tiga bulan. Jumlah rig pengeboran minyak AS turun 20 rig menjadi 805 rig dalam seminggu hingga 26 April, Baker Hughes melaporkan pada Jumat (26/4/2019).(ant/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs