Sabtu, 23 November 2024

Peringati Bulan Sejarah Wanita, Konjen AS Gelar Diskusi Hak Perempuan dan Anak

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Konjen AS Diskusi memperingati Bulan Sejarah Wanita di kantor Konjen Amerika Serikat di Kota Surabaya. (Foto: totok suarasurabaya.net)

Konsulat jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya, Kamis (5/3/2020) gelar diskusi mengupas hak-hak perempuan dan anak-anak, peringati Bulan Sejarah Wanita.

Peringatan Womens History Month atau Bulan Sejarah Wanita, Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Kota Surabaya, Kamis (5/3/2020) menggelar diskusi menghadirkan sejumlah nara sumber mengupas hak-hak perempuan dan hak anak-anak.

Angie Mizeur acting consul general United States of America di Surabaya, menyampaikan bahwa negaranya sangat berkomitmen membahas kesetaraan gender, inklusi sosial, serta memajukan status perempuan dan anak-anak khususnya anak perempuan.

“Kami sangat berkomitmen dan peduli dengan kesetaraan gender, inklusi sosial, juga ikut memajukan status perempuan dan anak-anak khususnya perempuan. Dalam rangka itu, kami mendukung upaya pertukaran alumni mempromosikan kesetaraan perempuan, melindungi hak-hak perempuan,” terang Angie Mizeur membuka diskusi.

Acara diskusi yang dihadiri sekitar 200 undangan dan digelar di kantor Konjen Amerika Serikat di Surabaya dikawasan Citraland tersebut menghadirkan nara sumber yang sebelumnya memang peserta program International Visitor Leadership Program (IVLP).

Mereka adalah: Yuliati Umrah Dirtektur Eksekutif Yayasan Arek Lintang, Lusia Peilouwi Wakil Ketua Presidium Nasional Jaringan Keadilan Sosial Indonesia, dan Ni Nengah Budawati pengacara sekaligus penasihat Bali Women Crisis Center.

Selain alumni IVLP, ketiga narasumber secara spesifik melakukan advokasi dan penelitian terkait dengan hak-hak perempuan serta anak-anak. Yuliati Umrah pada paparannya menyoal bagaimana perempuan terpinggirkan oleh banyak hal, dan anak-anak khususnya anak perempuan yang telribat masalah seks.

“Mustinya kita semua sadar dan menyadari bahwa persoalan itu bisa menimpa siapa saja. Termasuk menimpa kerabat, dan anak-anak serta mereka yang ada dilingkungan kita. Karena itu, sudah saatnya semua orang mulai menyadari hak-hak perempuan serta menjaga martabat anak-anak agar terhindar dari pelecehan maupun kekerasan,” tegas Yuliati Umrah.

Untuk itu, Yuliati mengajak semua orang termasuk para perempuan untuk sejak dini, sejak awal memberikan berbegai edukasi menyangkut hal-hal yang bersifat pribadi menyangkut anak-anak seperti misalnya pengenalan tentang mana yang boleh dilihat atau disentuh dan mana yang tidak boleh.

“Ini penting. Pendidikan atau edukasi sepertinya memang harus dilakukan sejak dini, sejak masih berada di rumah hingga akhirnya nanti mereka ini, anak-anak ini tumbuh dan menjadi besar, dengan bekal pengetahuan apapun, termasuk pengetahuan tentang hal-hal pribadi. Seringkali masyarakat kita tidak mengaggap itu sesuatu yang penting. Diabaikan,” tambah Yuliati.

Sementara itu, Lusia Peilouwi yang bekerja di Ambon dan kepulauan Maluku menyoroti tentang permepuan-perempuan sebagai korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, mengajak perempuan untuk berani bicara tentang apa yang mereka alami.

“Tentunya memang harus didampingi. Demikian juga dengan anak-anak yang menjadi korban pelecehan juga harus didampingi agar mereka mau bercerita, mau berbagi dan yang paling penting mereka sebagai korban wajib menyadari hak-haknya. Ini juga perlu diedukasi,” kata Lusia.

Diskusi tidak terbatas pada saling bertukar informasi diantara nara sumber dan peserta, tetapi juga melibatkan sejumlah pihak di sejumlah kota di Indonesia secara virtual dari Ambon, Bali, Banyuwangi, Jember, Maumere dan Malang untuk saling berkomunikasi serta menyampaikan data-data terkait kekerasan yang dialami perempuan maupun anak-anak.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs