Beratnya beban kerja yang dirasakan para penyelenggara Pemilu 2019 bisa membuat animo masyarakat turun untuk menjadi petugas pada gelaran pemilu selanjutnya.
Ewan Setiabudi Ketua PPK Tambaksari Kota Surabaya mengatakan, pemilu 2019 dirasakannya menjadi pemilu paling berat selama dirinya menjadi petugas di berbagai tingkatan sejak tahun 1999 silam.
“Iya memang merasa berat. Ini berat bagi semua, baik dari penyelenggara maupun parpol. Kita ngobrol sama saksi dan parpol juga, harapannya mereka sih 5 tahun kedepan gak barengan lagi semua ini. Tidak 5 kotak suara ini,” ujarnya ketika ditemui di kantor kelurahan Tambaksari, Surabaya pada Minggu (28/4/2019) sore.
Ia menyebut, apabila beban kerja seperti ini tetap dipaksakan hingga Pemilu 2024 mendatang, ia pesimis masyarakat mau mendaftar sebagai petugas KPPS, PPS, maupun PPK. Terlebih, saat ini banyak sekali kejadian petugas pemilu yang meninggal dunia maupun sakit akibat kelelahan.
“Saya mungkin pesimis banyak KPPS yang mau. Saya pesimis KPPS mau fight kayak gini (di Pemilu 2019, red) lagi. 60 persen atau 50 persen lah mereka yang mau,” katanya.
Di sisi lain, ia mengaku sebisa mungkin menyelesaikan tugas sebagai Ketua PPK Tambaksari dengan baik dan memastikan kesehatan semua petugas di tingkat PPS dan PPK terjamin. Ia mengatakan, saat ini petugas masih dalam kondisi prima. Petugas medis juga terus disiagakan di lokasi rekapitulasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Terkait istirahat, kalau memang kondisi PPK atau PPS lelah, kita anjurkan di sela-sela waktu itu sambil bisa digantikan anggota lain. Karena pun, pembacaan nanti tidak hanya dari PPS atau PPK yang baca, tapi juga dari teman-teman mahasiswa Unair juga bantu. Ada 11 mahasiswa yang bantu,” pungkasnya.
Sebagai informasi, saat ini PPK Tambaksari sedang menyelesaikan penandatanganan dokumen dokumen DAA1 (Data akhir tingkat Kelurahan). Rekapitulasi suara tingkat kecamatan rencananya baru akan digelar pada Senin (29/4/2019) mendatang pada pukul 19.00 WIB. (bas/dwi)