Jumat, 22 November 2024

Bonek Ingatkan Manajemen Persebaya Agar Tak Terseret Pilwali Surabaya

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Bonek membentangkan spanduk untuk melawan manajemen Persebaya yang sedang bermain politik dalam laga pembuka Liga 1, Sabtu (29/2/2020) di Gelora Bung Tomo (GBT). Foto : Istimewa

Kedekatan manajemen Persebaya Surabaya dengan Machfud Arifin yang sedang membangun citranya jelang pilwali Surabaya menuai reaksi dari Bonek. Mereka membeber spanduk-spanduk untuk melawan manajemen yang sedang bermain politik dalam laga pembuka Liga 1, Sabtu (29/2/2020) di Gelora Bung Tomo (GBT).

Ada tiga spanduk yang dibeber suporter fanatik Persebaya tersebut. Pertama, spanduk bertulisan “Pengorbanan Kami Bukan untuk Ajang Pilwali” yang dicetak dengan latar hitam dan tulisan putih. Kemudian spanduk bertulisan “Against Political Football” dan “Ini Kandang Persebaya, Bukan Panggung Pilkada”. Keduanya dicetak dengan warna dominan khas Persebaya yakni hijau.

Semua spanduk itu dibeber di tribun timur jelang pertandingan memasuki babak kedua. Munculnya spanduk tersebut rupanya membuat panpel kebakaran jenggot. Beberapa saat setelah spanduk terpasang, sejumlah petugas mendatangi tribun timur untuk menggulung kembali spanduk. Benar saja, setelah itu spanduk tak lagi terlihat.

Tokoh Bonek dari tribun timur, Hasan Tiro, mengakui bahwa spanduk-spanduk tersebut adalah pernyataan sikap Bonek terhadap manajemen yang mulai bermain politik.

“Kami mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa itu semua demi Persebaya. Sangat disayangkan jika semua itu ternyata dimanfaatkan untuk memberi panggung bagi bakal cawali tertentu,” kata Hasan, Senin (2/3/2020).

Azrul Ananda Presiden Persebaya memang beberapa kali menunjukkan kedekatannya dengan Machfud Arifin. Beberapa kali mantan Kapolda Jatim itu bersanding dengan Azrul di tribun VVIP tiap kali Persebaya berlaga.

“Padahal, apa kaitannya Machfud Arifin dengan Persebaya?” kata Hasan.

Begitu juga Azrul yang menghadiri deklarasi pencalonan Machfud sebagai bakal calon wali kota beberapa waktu lalu.

“Kami mendukung Persebaya tidak sehari dua hari. Selalu, setiap kali pengurus bermain politik maka tim yang jadi korban karena cuma jadi kendaraan politik belaka,” kata Hasan.

Tanda-tanda manajemen bermain politik di Pilwali Surabaya tak hanya itu. Staf-staf Azrul di manajemen Bajul Ijo juga dimobilisasi ke Machfud Arifin. nanang Prianto Media Officer Persebaya, misalnya, ikut pula hadir dalam deklarasi Machfud pada 27 Januari 2020 lalu.

Efek buruk politisasi Persebaya, kata Hasan, sudah terlihat jelas. Green Force ditahan seri Persik Kediri 1-1 dalam laga pembuka Liga 1. Padahal, tim berjuluk Macan Putih itu notabene adalah tim promosi.

“Asyik bermain politik, tim yang jadi korban. Kami tak ingin itu terjadi. Makanya kami mengingatkan manajemen dengan spanduk-spanduk ini,” katanya.

Hasan menyayangkan jika Azrul bermain politik. “Tanpa partai politik, tanpa campur tangan politikus, Azrul Ananda pasti bisa mengelola Persebaya hingga menjadi mandiri dan besar. Kenapa harus juga mendatangkan politikus ke GBT dan memberi mereka panggung. Eman Persebaya-nya,” katanya. (bid/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs