Sabtu, 23 November 2024

Menteri Kesehatan Sebut Melonjaknya Harga Masker Medis Akibat Permainan Pasar

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Ilustrasi. Pekerja mengemas masker di pabrik alat kesehatan PT Kasa Husada Wira Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (31/1/2020). Pabrik yang biasanya memproduksi 50.000 lembar masker per bulan itu mengalami peningkatan permintaan masker sekitar 50 persen setelah mewabahnya virus corona. Foto: Antara

Kelangkaan barang serta mahalnya harga masker medis di berbagai daerah Indonesia, terjadi menyusul isu wabah Virus Corona (Covid-19) dari Kota Wuhan, China, akhir tahun 2019.

Menurut Terawan Agus Putranto Menteri Kesehatan (Menkes), hal itu terjadi karena permainan pasar.

Pemerintah, kata Terawan, tidak akan bisa mengintervensi harga pasar dengan menerbitkan berbagai peraturan.

“Pasar akan bermain. Kita cegah pakai apa pun, pakai peraturan apa pun tetap tidak bisa karena pasar akan bermain,” ujarnya di Pusat Informasi Terpadu Covid-19, Gedung Bina Graha, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2020).

Mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta itu bilang, cara yang ampuh membuat harga masker medis kembali normal adalah menjaga rasionalitas dan melakukan efisiensi.

Menkes menilai, salah satu faktor yang membuat harga masker medis melambung tinggi adalah pola pikir irasional masyarakat.

Dia menyebut, masyarakat yang sebenarnya tidak perlu memakai masker medis, belakangan banyak yang beli karena menganggap perlu sebagai upaya pencegahan.

Hal itu yang kemudian dimanfaatkan pihak tertentu mendapatkan keuntungan materi dari isu wabah Virus Corona.

Padahal, organisasi kesehatan dunia (WHO) menekankan, yang perlu memakai masker medis adalah orang sakit, dan atau orang yang pekerjaannya berisiko tinggi tertular Covid-19, seperti perawat dan dokter di rumah sakit.

“WHO mengatakan yang pakai (masker) itu yang sakit, yang kedua yang bekerja di tempat risiko tinggi RS dengan penyakit infeksi, di ICU pun kalau bukan penyakit menular nggak pakai masker. Sama saja mereka hanya cuci tangan, atau di kamar operasi. Jadi semua di tempat-tempat yang berisiko pakai masker. Yang tidak berisiko, masyarakat sehat tidak perlu pakai masker,” paparnya.

Kalau mayoritas masyarakat sudah bisa melakukan efisiensi, Terawan yakin harga masker medis bisa kembali normal.

“Jadi akan muncul efisiensi, kalau efisiensi harganya akan rasional sendiri. Kalau tidak efisien maka muncul irasionalitas. Percuma kita bikin peraturan apa pun,” tegasnya

Pada kesempatan itu, Menkes menegaskan persediaan barang di sejumlah pabrik pembuatan masker medis memang kosong, karena sudah dikirim ke berbagai sarana kesehatan yang menjadi prioritas.

“Saya sudah cek ke pabrik-pabrik pembuatan (masker), memang kosong kalau diorder, tapi mereka sebenarnya mereka sudah punya orderan ke pusat-pusat kesehatan sudah lengkap. Mereka semua prioritas, ke sarana-sarana kesehatan. Sudah saya cek, RS juga punya persediaan,” sebut Terawan.

Lebih lanjut, Menteri Kesehatan menegaskan, Pemerintah Indonesia terus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Langkah antisipasi sesuai Protokol Kesehatan WHO dilakukan, walau pun sampai sekarang belum ada laporan pasien positif Virus Corona di Indonesia.

Sebanyak 135 pintu masuk dari luar negeri, kata Menkes, dijaga ketat oleh petugas Dinas Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi, dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.(rid/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs