Jumat, 22 November 2024

Pulang Kampung Masyarakat dari Pulau Jawa ke Kota Palu

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim saat acara silaturahmi dengan masyarakat dari Pulau Jawa di Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (12/2/2020) malam. Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Silaturahmi masyarakat dari Pulau Jawa di Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (12/2/2020) malam terasa hangat dan seperti sedang pulang ke kampung halaman. Bertempat di Gedung Pertemuan Paguyuban Eko Wandoyo Sulawesi Tengah, Jalan RA Kartini nomor 88, Kota Palu, Sulteng, berbagai penampilan adat khas Jawa Timur “tumplek blek” di tanah teluk ini.

Pertemuan ini terasa lebih spesial karena rombongan Gubernur Jawa Timur ikut hadir di tengah-tengah mereka. Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim yang hadir mengaku haru dengan suasana ini. Para rombongan disambut dengan penampilan kesenian Reog Ponorogo, Tari Remo, dan parikan-parikan khas ludruk Jawa Timur.

“Ada suasana haru lah pasti. Saya menyampaikan apresiasi luar biasa, mereka nguri-nguri dari budaya Jawa, terutama Jawa Timur. Misalnya ada MC dan format berpantunnya format ludrukan. Suaranya Suroboyo banget, remonya Suroboyo banget, tapi kita ada di Palu. Suasana itu menjadi haru kalau saya. Karena diantara mereka ada yang puluhan tahun di sini. Inilah Indonesia. Jawa Timur tanah air kita, Sulawesi Tengah tanah air kita. Sama-sama di tanah Indonesia,” jelasnya ditemani para masyarakat Jawa yang ada di kota ini.

Tak hanya sajian kesenian yang membuat suasana malam itu terasa seperti pulang kampung. Bangunan gedung pertemuan berupa pendopo dan terbuat dari kayu, mengingatkan orang pada pendopo-pendopo khas Jawa. Kalau dilihat lebih detail, ada sisa-sisa bencana Gempa Bumi besar pada September 2018 di bangunan ini. Sebagian retak-retak dan kondisi agak miring, bisa dilihat.

Hartono Ketua Umum Paguyuban Eko Wandoyo Sulteng bilang, dulu gedung ini sangat kokoh sebelum dihantam gempa. Mereka bergotong royong secara bertahap untuk mengembalikannya ke kondisi semula.

Paguyuban dan Kerukunan di Sulawesi Tengah rasanya memiliki nilai penting bagi masyarakat Jawa. Selain Paguyuban Eko Wandoyo di tingkat provinsi, ada puluhan paguyuban dan kerukunan yang dibentuk di tingkat kota/kabupaten. Kondisi ini diharapkan Khofifah benar-benar mampu menciptakan keguyuban dan kerukunan antar masyarakat Jawa di tanah rantau.

“Saya senang melihat beberapa spanduk (di gedung pertemuan, red) ini.
Berharap warga Jawa di Sulawesi Tengah guyub. Saya lihat ada kerukunan-kerukunan penjual bakso, siomay, sari laut, fotokopi, dan lain-lain. Ada dua kata kunci. Satu paguyuban supaya guyub dan kerukunan supaya rukun,” katanya.

Pertemuan haru ini, akhirnya harus berakhir. Berbagai kesenian asli Jawa Timur sudah ditampilkan. Parikan khas Jatim sudah dilontarkan. Sebelum benar-benar meninggalkan gedung pertemuan khas Jawa itu, sekali lagi warga mengingat kampung mereka di pulau Jawa dengan bernyanyi bersama lagu “Rek Ayo Rek”. (bas/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs