Jumat, 22 November 2024

ITS Kukuhkan 2 Guru Besar ke 123 dan 124

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Pengukuhan guru besar ITS ke 123 dan 124, dilaksanakan Rabu (12/2/2020) di kampus ITS. Foto: Humas ITS

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kukuhkan dua guru besar, Prof Dr Agus Zainal Arifin SKom MKom dari Departemen Teknik Informatika dan Prof Dr rer nat Fredy Kurniawan MSi dari Departemen Kimia sebagai guru besar ke 123 dan 124.

Kedua guru besar baru ini resmi dikukuhkan Prof Dr Ir Nadjadji Anwar MSc., Ketua Dewan Profesor ITS didampingi Prof Adi Supriyanto MT., Wakil Rektor I ITS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan mewakili Rektor di Gedung Research Center ITS, Rabu (12/2/2020).

Agus Zainal Arifin yang dikukuhkan menjadi guru besar bidang Pengolahan Citra Digital pada orasi ilmiahnya menyampaikan pentingnya kecerdasan buatan atau artifisial dalam pengolahan citra medis.

Menurut Agus Zainal Arifin kecerdasan buatan dapat membantu pakar kesehatan dalam melakukan visualisasi dan memahami pola kompleks dalam proses deteksi suatu penyakit. Dosen Departemen Teknik Informatika ini menambahkan, ia telah mengaplikasikan beberapa kecerdasan buatan dalam citra medis.

Beberapa hasil penelitiannya ialah, penggunaan klasifikasi citra Mammogram untuk mendeteksi kanker payudara, detektor parasit malaria pada citra apusan tebal darah, dan identifikasi penyakit periondititis kronis pada citra panorama gigi.

Selain itu, Kepala Pusat Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Kesehatan ITS ini juga berhasil membuat perkiraan usia dari citra panorama gigi hingga mendeteksi penyakit osteoporosis dengan citra rahang.

Fokus Agus ialah memanfaatkan kecerdasan buatan pada citra medis agar dapat menjadi langkah preventif dalam menghadapi penyakit. “Sehingga saya harap proses deteksi penyakit akan lebih cepat dan akurat,” terang alumnus doktoral Hiroshima University, Jepang ini.

Sementara itu, Fredy Kurniawan meneliti peran Kemo dan Biosensor dalam Revolusi Industri 4.0., menjadikannya profesor dalam bidang Kemo dan Biosensor pertama di Indonesia.

Dalam orasi ilmiahnya, Kepala Departemen Kimia ITS ini menerangkan, proses Kemosensor dan Biosensor melibatkan banyak rumpun keilmuan. Seperti Fisika, Biologi, Kimia, Matematika, Teknik Fisika, Teknik Material, Teknik Komputer, Teknik Elektro, dan masih banyak lagi.

Hal ini lantaran dalam pengaplikasiannya, Kemo dan Biosensor rupanya sudah banyak diterapkan berbagai pihak tanpa disadari. Seperti dalam penggunaan termometer dan alat deteksi gula darah. Lebih dalam lagi, alumnus Kimia ITS ini berhasil meneliti beberapa temuan baru di bidang medis, pertanian, dan produk halal.

Di antaranya ialah, indikator titik beku untuk mengawetkan vaksin polio, sensor glukosa, sensor dopamin, sensor sukrosa, sensor gelatin babi, hingga sensor kepedasan. Tidak hanya itu, alumnus doktoral Regensburg University, Jerman ini juga terus berusaha agar produk temuannya dapat lebih ekonomis.

Seperti contohnya, sensor gelatin babi yang ia rasa harus dibuat se-ekonomis mungkin agar mudah dijangkau masyarakat. “Terlebih lagi, masyarakat muslim Indonesia yang sangat membutuhkan sensor ini agar makanan yang dikonsumsi dapat jelas kehalalannya.” terang mantan Kepala Pusat Kajian Halal ITS ini.

Sementara itu, dalam sambutannya, Prof Adi Soeprijanto Wakil Rektor I, berpesan kepada kedua profesor yang baru dikukuhkan beserta seluruh anggota Dewan Profesor ITS agar tetap aktif melakukan penelitian sesuai bidang masing-masing.

Sebab, menurut guru besar Teknik Elektro ini, amanah utama bagi seorang guru besar adalah memberikan manfaat bagi orang banyak.

Selain itu, Prof Adi Soeprijanto Wakil Rektor I, juga berharap agar professor di ITS tetap selalu sedia untuk membimbing penelitian dan lomba yang diikuti mahasiswanya. “Agar transfer ilmu yang telah diraih generasi pendahulu dapat diterima generasi muda dengan baik,” pungkas Adi Soeprijanto, Rabu (12/2/2020).(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs