Sabtu, 23 November 2024

KKP Surabaya: Statemen WHO Soal Kemampuan Indonesia Deteksi Korona, Sah Sah Saja

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi. Petugas medis menyemprotkan cairan disinfektan pada WNI yang baru tiba dari Wuhan, China, di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (2/2/2020). Foto: Kementerian Luar Negeri RI

Dokter Muhammad Budi Hidayat Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Surabaya menilai, kekhawatiran WHO terkait Indonesia tidak bisa mendeteksi virus corona, merupakan hal yang wajar. Ini menyusul, belum ada satupun kasus virus corona terjadi di Indonesia.

Sementara itu, virus corona sudah menyebar di negara-negara tetangga Indonesia. Seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan Filipina, yang sebelumnya punya riwayat pernah melakukan perjalanan ke China.

“Sah-sah saja kalau organisasi atau pihak luar negeri tidak percaya soal tersebut. Tapi yang pasti, kita sudah melakukan semua langkah yang ditentukan oleh organisasi tersebut,” kata Budi, saat mengudara di Radio Suara Surabaya.

Sampai saat ini, lanjut dia, Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang belum ditemukan adanya kasus positif infeksi virus corona. Meski demikian, Budi mengungkapkan, kalau pihaknya sudah melakukan berbagai antisipasi.

Semua pintu masuk ke Indonesia dijaga ketat oleh petugas, khususnya mengawasi penumpang dari negara yang terpapar. Budi menyebutkan, alat-alat yang dimiliki Indonesia saat ini untuk mendeteksi virus corona cukup canggih dan semua pemeriksaan terhadap penumpang dari negara terpapar juga sudah dilakukan sesuai SOP.

“Ada 49 kantor pelabuhan tersebar di Indonesia. Jumlah petugasnya pun cukup banyak, alat-alat kami canggih dan sudah sesuai SOP. Kami kerja sama dengan Imigrasi dan Dinas Kesehatan,” kata dia.

“Secara fakta, Kemenkes punya Litbangkes, sarana dan prasarana yang baik dan berafiliasi dengan WHO. Jadi kualitasnya sama dengan negara lain,” tambahnya.

Untuk itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak panik. Terpenting, tetap menjaga perilaku hidup sehat. Masyarakat juga hanya perlu menggunakan masker yang biasa didapatkan di rumah sakit. Jadi, tidak perlu menggunakan masker khusus.

Sementara untuk beberapa orang yang masih dikarantina, Budi mengatakan dari hasil penyelidikan epidomologi semuanya negatif. Meski demikian, mereka harus tetap diobservasi selama 14 hari dan diperkirakan selesai sekitar 13 atau 14 Februari mendatang.

“Karantina itu juga bagian dari antisipasi. Nanti setelah selesai masa observasi, dicek lagi kesehatannya. Kalau dinyatakan clear, maka mereka akan dikembalikan ke daerah masing-masing,” ungkapnya. (ant/ang/rst)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs