Pemerintah Kota Surabaya telah menyusun beberapa upaya untuk menekan aktivitas gangster pelajar, yang akhir-akhir ini kembali menimbulkan perbincangan. Terlebih usai diamankannya 10 remaja yang membawa senjata tajam dan minuman keras di sekitaran Halte Kedung Cowek, Kenjeran, Surabaya pada Rabu (5/2/2020) dini hari lalu.
Muhammad Fikser Kepala Dinas Kominfo Kota Surabaya mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan yakni Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya akan berkeliling langsung ke sekolah-sekolah yang terindikasi adanya pelajar yang terlibat gangster.
Nantinya, sekolah-sekolah tersebut akan dipetakan berdasarkan zona, dan akan dikumpulkan di kawasan tertentu untuk diberikan arahan langsung oleh Wali Kota.
“Ada pembagian zona, kawasan sekolah mana, nanti dikumpulkan di mana. Masih disiapkan polanya agar lebih efektif. Soalnya ada skala prioritas kelompok anak-anak mana yang lebih banyak, ke sekolah mana ada anak-anak itu,” kata Fikser kepada Radio Suara Surabaya, Kamis (6/2/2020).
Saat ini, Pemkot Surabaya masih menunggu hasil pemetaan dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya, untuk mengetahui prioritas sekolah mana dulu yang akan dikunjungi oleh Risma Wali Kota. Jika pemetaan sekolah tersebut selesai dilakukan, pihak humas Pemkot Surabaya akan langsung menyusun agenda turun langsung ke sekolah-sekolah.
Dalam agenda tersebut, Risma Wali Kota tidak sendiri. Ia akan ditemani oleh psikolog yang akan membantunya untuk mengidentifikasi dan mencari solusi bagi anak-anak yang terlibat masalah.
“Ibu (Tri Rismaharini) tidak berkeliling sendiri, tapi membawa psikolog dan tim. Kalau menemukan anak yang punya masalah, minta psikolog mendalami masalahnya. Lalu Pemkot akan terus melakukan pemantauan,” ujarnya.
Ini mengingat penyebab anak-anak melakukan kenakalan hingga terlibat dalam gangster terdiri dari banyak faktor. Fikser mengatakan, beberapa diantaranya ada yang karena hanya ikut-ikutan, ada yang ikut karena mendapat ancaman dari sesama teman, ada juga faktor keluarga dengan kurangnya perhatian orang tua. Maka dari itu, Pemkot Surabaya juga akan memanggil para orang tua, jika anak-anak mereka terbukti terlibat aktifitas kenakalan remaja.
Tidak hanya berkeliling ke sekolah-sekolah, selain Risma, Polrestabes Surabaya dan Polres Pelabuhan Tanjung Perak juga akan secara rutin memantau tempat tongkrongan yang terindiksi menjadi tempat berkumpulnya gangster. Bahkan Satpol PP juga dikerahkan untuk melakukan operasi rutin setiap malam hingga subuh ke tempat-tempat tersebut.
“Kita juga akan melihat kawasan-kawasan mana aja, kan ada titik kumpul, nongkrong, dimasukkan ke agenda patroli. Warkop-warkop juga akan kita datangi satu-satu,” paparnya.
Selain itu, sebanyak 280 kamera face recognition juga sudah disebar oleh Pemkot Surabaya di banyak titik untuk mendeteksi kegiatan anak-anak tersebut. Kamera face recognition sekaligus untuk memantau adanya kegiatan bergerombol dan mencurigakan.
Fikser menambahkan, kamera deteksi wajah tersebut juga terhubung langsung dengan data kependudukan yang dapat teridentifikasi tempat tinggalnya.
“Untuk kawasan-kawasan yang dicurigai dipasang kamera face recognition yang akan memberikan notifikasi jika ada perkumpulan. Jika terdeteksi, kami akan informasikan ke Command Center 112 supaya turun ke lapangan,” tambah Fikser.(tin/ipg)