Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian memastikan pasokan bawang putih dalam negeri cukup tersedia meski pemerintah menghentikan impor sementara dari China menyusul pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa virus corona sebagai darurat global.
“Cadangan untuk bawang putih panen lokal kami sudah siapkan. Insya Allah memenuhi apa yang menjadi kebutuhan,” ujar Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian di Jakarta, Senin (4/2/2020) seperti dilaporkan Antara.
Selain dari panen lokal, ia menyampaikan bahwa masih terdapat persediaan dari impor pada tahun 2019. “Karena impor yang kemarin pun masih punya cadangan menurut hitungan kami. Mestinya tidak perlu terjadi kelangkaan,” ucapnya.
Ia menambahkan pihaknya akan terus melakukan komunikasi dengan Kementerian Perdagangan agar harga pangan lainnya juga tetap stabil.
“Ada persoalan di virus corona yang harus kita waspadai. Jadi sambil kami siapkan panen lokal kami masuki pasar-pasar kebutuhan masyarakat kita. Kami memang men-delay impor, tapi tidak boleh kekurangan pasok. Itu yang saya siapkan,” katanya.
Prihasto Setyanto Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, menambahkan masih terdapat 60.000 ton bawang putih sisa impor 2019.
Ia menyampaikan, kebutuhan bawang putih secara nasional rata-rata mencapai 45 ribu ton per bulan. Artinya kebutuhan bawang putih di dalam negeri masih dapat terpenuhi seraya menunggu panen lokal pada Maret mendatang.
Ia mengemukakan pada Maret nanti terdapat lahan sekitar 6.000 hektar bakal mengalami panen bawang putih di beberapa daerah.
“Bulan maret ini ada panen cukup luas, lebih dari 6.000 hektar bawang putih. Kalau 6.000 hektar rata-rata hasilnya 10 ton per hektar, itu sudah 60.000 ton,” ucapnya.
Harga bawang putih di Pasar Senen, Jakarta Pusat, mulai merangkak naik dari Rp40.000 per kilogram menjadi Rp55 ribu per kilogram.
Sementara itu komoditas lain yang mengalami kenaikan yakni cabai rawit merah yang menembus Rp90.000 per kilogram, dibandingkan Desember 2019 sekitar Rp50.000 per kilogram.
“Kalau cabai agak naik sekarang itu karena cuaca, kalau di pertanian faktor cuaca sangat menentukan, itu juga yang membuat kita terjadi delay panen karena delay tanam,” kata Mentan.
Kendati demikian, menurut Syahrul Yasin Limpo, di beberapa wilayah lain seperti Sulawesi dan Kalimantan mengalami panen cabai sehingga pasokan berlebih. Pihaknya bakal mendistribusikan cabai ke sejumlah daerah untuk menetralisir harga.
“Ini masalah ‘supply and demand’, karena keterlambatan penanaman, maka dari itu juga hasilnya akan ‘delay’. Persoalannya juga ada di hilir, bagaimana transportasi laut kita tingkatkan menjadi transportasi udara,” paparnya.(ant/iss)