Sabtu, 23 November 2024

Unair-Kobe University Jepang Temukan Reagen Spesifik Pendeteksi Korona Wuhan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Prof Mohammad Nasih Rektor Universitas Airlangga Surabaya. Foto: Dok./Baskoro suarasurabaya.net

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bersama Kobe University Jepang berhasil menemukan reagen (bahan kimia pendeteksi virus) untuk mendeteksi novel corona virus Wuhan (2019-nCov).

Prof Mohammad Nasih Rektor Unair Surabaya menegaskan, temuan reagen spesifik untuk mendeteksi virus korona Wuhan ini dapat mengidentifikasi pasien yang diduga terinfeksi hanya dalam beberapa jam.

“Akurasinya 99 persen. Sudah ada parameternya. Misalnya yang diidentifikasi ludah, kalau ada yang sama persis dengan garis sejajar, berarti yang bersangkutan positif,” katanya, Senin (3/2/2020).

Bahan reagen ini, kata Nasih, baru tiba di Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Unair pada Sabtu (1/2/2020) kemarin dan siap digunakan dengan kemampuan mendeteksi secara spesifik dan sangat presisi.

Nasih menjelaskan, reagen ini diteliti dari gen asli virus korona 2019-nCov. Unair bersama Kobe University dan sejumlah rekan mereka di Jerman dengan upaya tertentu bisa mengakses bank data virus ini.

“Karena konon, untuk influenza tertentu termasuk korona dan SARS, bank datanya tidak dibuka untuk umum. Hanya beberapa negara yang punya bank datanya. Nah kami dapat, dan hasilnya reagen ini,” katanya.

Nasih memastikan, sebelum adanya reagen spesifik 2019-nCov ini, mekanisme identifikasi masih menggunakan reagen lama. Sejauh ini, hasil identifikasi dengan reagen lama itu semuanya negatif.

“Di Indonesia mungkin baru dua lembaga yang punya. Unair dan Balitbang Kemenkes. Jadi identifikasi virus korona di Indonesia untuk sementara baru bisa dilakukan di dua lembaga itu,” ujarnya.

Nasih berharap, dengan adanya identifikasi secara spesifik, akan muncul hasil riset tentang virus korona jenis baru ini yang bisa menghasilkan bagaimana penanganan dan pencegahan yang tepat.

Saat ini, di Indonesia, akan sulit untuk mendapat obat atau antivirus-nya. Sebab, belum diketahui bagaimana mutasi virus baru ini di Indonesia, jadi obatnya pun belum dikembangkan secara spesifik.

“Kami tidak berdoa ada, kami berdoa mudah-mudahan tidak sampai ke Indonesia. Tetapi secara keilmuan kami juga ingin ada upaya pencegahan. Jadi identifikasi itu penting,” katanya.

Dengan adanya reagen baru virus korona ini, Unair bekerja sama dengan RSUD Dr Soetomo menyatakan kesiapannya untuk melakukan identifikasi, konfirmasi, sampai karantina pasien yang diduga terinfeksi.

“Mudah-mudahan dengan reagen yang baru ini, hasilnya tetap negatif. Tetapi, dengan munculnya hasil identifikasi pakai reagen spesifik ini, masyarakat bisa yakin bahwa hasilnya memang benar negatif,” katanya.(den/iss/ipg)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs