Sabtu, 23 November 2024

Di Akhir Hayat, Gus Sholah Memikirkan Masalah Kebangsaan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Prosesi pemakaman Salahuddin Wahid atau Gus Sholah pada Senin siang (3/2/2020) di masjid Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Di akhir hayatnya, Kiai Haji Salahuddin Wahid, ulama pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang akrab disapa Gus Sholah, tetap memikirkan masalah-masalah kebangsaan.

Irfan Asy’ari Sudirman Wahid putra sulung Almarhum yang akrab disapa Ipang Wahid mengatakan, ayahnya cukup sering berbincang dengannya tentang kebangsaan sebelum wafat Minggu (2/2/2020) malam.

“Masalah kebangsaan ini, Gus Sholah sangat imbang bicara soal ke-Islam-an dengan ke-Indonesia-an. Beliau itu sangat galau, kalau ada pemaksaan kepentingan terkait keagamaan tertentu,” ujarnya di Ruang VIP Bandara Juanda, Senin (3/2/2020).

Selama dua pekan terakhir selama di rumah sakit, kata Gus Ipang, hal-hal itulah yang banyak menjadi topik pembicaraan Gus Sholah. Tidak hanya dengan keluarganya tetapi juga kerabat dan teman-temannya.

Salah satu masalah yang juga menjadi perhatian Almarhum, yang selain dikenal sebagai ulama, politisi, dan aktivis hak asasi manusia itu, adalah tentang Nahdlatul Ulama (NU).

Gus Sholah yang merupakan cucu Kiai Haji Hasyim Asyari, pendiri NU, belakangan juga terus memikirkan bagaimana organisasi ini semakin baik. Apalagi dalam waktu dekat ini akan digelar Muktamar NU.

“Beliau banyak membicarakan tentang NU ke depan. Pengen sekali beliau, NU jadi lebih baik, membawa manfaat untuk warga Nahdliyin, baik dalam ekonomi, kesejahteraan sosial, dan lain sebagainya,” kata Ipang.

Gus Sholah juga banyak membincangkan soal pengembangan Pondok Pesantren Tebu Ireng. Bagaimana masa depan Tebuireng, termasuk pengembangan Universitas Hasyim Asy’ari.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengatakan, obsesi Gus Sholah mengenai pengembangan universitas yang menjadi kelengkapan format sebuah pesantren itu sangat besar.

“Perguruan tinggi itu dilengkapi berbagai prodi prestisius. Terutama Teknologi Informasi. Beliau juga ingin kembangkan layanan kesehatan berbasis rumah sakit, bukan Ponkestren,” kata Khofifah.

Satu di antara sejumlah keinginan Gus Sholah untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar Tebuireng, Jombang, adalah membangun Bank Wakaf Mikro menjadi Bank Umum Syariah di Tebu Ireng.

“Beliau sudah menghadirkan Gubernur BI dan Kepala OJK. Karena beliau punya obsesi kuat bagaimana pesantren memberikan kontribusi terhadap SDM Unggul,” ujarnya.

Khofifah mengatakan, semua pemikiran dan keinginan Almarhum Gus Sholah menjadi PR besar bagi penerusnya di Tebuireng. Tidak hanya itu, pemikiran dan gerakan Gus Sholah itu juga jadi PR Bangsa Indonesia.

“Terutama PR bagi saya, yang beberapa kali beliau sampaikan: “PR Kita adalah persatuan, PR kita adalah persatuan, PR kita adalah persatuan”. Bersatu di unit apapun, lingkup apapun, menjadi penting untuk kita lakukan,” ujarnya.

Tidak hanya bagi keluarga, Almarhum Gus Sholah selalu menanamkan nilai kesederhanaan bagi semua orang. Bahwa kesederhanaan dan kejujuran itu adalah dua hal yang penting dalam kehidupan.

“Sampai tiga hari lalu, beliau masih menanamkan, pokoknya yang penting jujur. Itu landasan dari apapun yang kita lakukan. Kejujuran, integritas, kesederhanaan,” kata Ipang Wahid.

Selama hidup, kata Ipang, Gus Sholah tidak pernah memilih berkawan dengan orang tertentu. Beliau berkawan dengan siapa saja. Dari tukang sapu sampai presiden. Itulah, kata Ipang, yang dia rasa perlu diteladani dari Almarhum Gus Sholah.(den/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs