Hendra Gunawan Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan aktivitas Gunung Semeru sejak 6 hingga 19 Januari 2020 didominasi oleh gempa letusan dan embusan.
“Rata-rata per hari gempa letusan mencapai 20 kali, namun sesekali saja yang secara visual terlihat muncul,” katanya saat dihubungi Antara dari Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/1/2020).
Menurutnya aktivitas kegempaan gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut tercatat 312 kali gempa letusan, 56 kali embusan, 28 gempa guguran, empat kali gempa harmonik, dan 22 gempa tektonik jauh.
“Selama dua pekan terakhir tercatat aktivitas kegempaan di Gunung Semeru masih didominasi letusan dan embusan, serta potensi bahaya adanya lontaran material pijar, guguran lava, dan awan panas dan aliran lahar juga harus diwaspadai,” tuturnya.
Ia menjelaskan status Gunung Semeru masih dalam level II atau waspada, sehingga pihaknya memberikan rekomendasi kepada masyarakat atau pendaki untuk tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif.
“Masyarakat juga diimbau mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jonggring Saloko dan masyarakat juga harus mewaspadai ancaman aliran lahar dingin bagi masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan beraktivitas di sekitar Sungai Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Bang,” katanya.
Hendra menjelaskan secara visual Gunung Semeru pada 21 Januari 2020 mengalami erupsi yang teramati letusan tersebut menyebabkan ketinggian asap sekitar 400 meter yang berwarna putih kelabu yang condong ke arah utara.(ant/ipg)