Sejumlah guru sekolah inklusi dan terapis di Jawa Timur mengikuti pelatihan penggunaan aplikasi MIKA (Media Visual Komunikasi Anak) bagi anak autis di Kampus Unair, Surabaya pada Sabtu (4/1/2020).
Aplikasi yang dikembangkan oleh Margaretha Dosen Psikologi Unair dan tim Forum Peduli Autisme Jatim ini bertujuan untuk memudahkan pembelajaran komunikasi pada anak autis menggunakan kombinasi gambar dan suara.
Margaretha mengklaim, MIKA akan menjadi sistem pendukung belajar komunikasi visual yang baru, lebih cepat, lebih komprehensif dan sistematis.
“MIKA akan menjadi salah satu perintis alat terapi ASD di Indonesia. MIKA dikembangkan berdasarkan sistem ALS (Alternative Learning System) dan PODD (Pragmatic Organisation Dynamic Display), yang disesuaikan dengan Bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan konteks Indonesia. Ke depannya MIKA akan memberikan stimulasi yang lebih baik untuk pembelajaran komunikasi pada anak ASD,” ujar Margaretha.
Margaretha Dosen Psikologi Unair dan tim Forum Peduli Autisme Jatim saat mengisi pelatihan penggunaan aplikasi MIKA. Foto: Baskoro suarasurabaya.net
Ia mengatakan, aplikasi perangkat lunak ini akan dibagikan dan dapat diakses oleh banyak sekolah dan pusat terapi di Indonesia. Ia menegaskan, kedepannya hak properti dan akses MIKA akan dikelola oleh Universitas Airlangga dan Forum Peduli Autisme Jawa Timur.
“Salah satu kunci terapi autisme adalah penggunaan alat bantu komunikasi visual, karena sebagian besar anak dengan autisme adalah pembelajar visual. Artinya, mereka lebih mampu belajar dengan bantuan informasi visual,” jelasnya.
Margaretha menambahkan, untuk menggunakan aplikasi ini, guru atau terapis terlebih dahulu perlu menguasai TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Communication related handicapped Children) dan telah terlatih menggunakan MIKA.
“Pengguna MIKA akan terdaftar melalui penggunaan ID pengguna dan kata sandi, dan semua data akan dikelola oleh tim pengembang MIKA,” katanya.
Ia mengatakan, ada sejumlah kesalahan berpikir masyarakat tentang autisme, salah satunya menganggap anak autis tidak bisa belajar dan beradaptasi dengan lingkungan. Padahal, melalui terapi dini dan strategi yang tepat, anak autis bisa belajar dan beradaptasi seperti anak lain.
“Dengan terapi dini dan strategi yang tepat, sebagian anak dengan autisme dengan potensi intelektual rata-rata dapat masuk sekolah umum, melanjutkan ke pendidikan tinggi dan bekerja di sektor publik. Sedangkan anak dengan potensi intelektual di bawah rata-rata juga dapat dilatih untuk dapat berkarya,” pungkasnya.(bas/tin/ipg)