Jumat, 29 November 2024

Banjir Masih Jadi Momok di Jawa Timur

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Beberapa anak-anak berenang di jalan yang tergenang banjir di Gresik, Minggu (5/5/2019). Foto: Dok suarasurabaya.net

Dari sejumlah provinsi di Indonesia, Jawa Timur termasuk di antara provinsi dengan potensi bencana cukup tinggi. Ada 12 potensi bencana yang mengancam Jatim sampai sekarang. Salah satunya banjir.

Berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB) Jawa Timur 2016-2020 yang disusun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir menjadi bencana paling banyak terjadi sepanjang sejarah di Jatim.

Mengutip Data dan Informasi Bencana Indonesia tahun 1982-2015, KRB Jatim 2016-2020 menyebutkan, banjir mendominasi bencana di Jatim. Ada 722 kejadian dengan prosentase 52,84 persen.

Urutan kejadian bencana lain di Jawa Timur setelah banjir: cuaca ekstrem (22,7 persen), tanah longsor (12,6 persen), kekeringan, kegagalan teknologi, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan sejumlah bencana lain.

Di dalam KRB itu juga disebutkan, tingkat bahaya potensi bencana banjir di Jawa Timur terkategori tinggi dengan luasan lahan yang berpotensi terdampak banjir mencapai 2.831.841 hektare.

Hal itu sesuai dengan prioritas penanganan bencana oleh Pemprov Jatim. Gubernur Jatim sudah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi pada 16 Desember lalu.

Bencana Hidrometeorologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai dampak fenomena meteorologi seperti angin kencang, hujan lebat, dan gelombang tinggi. Banjir termasuk bencana di kategori ini.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mendata, dari 437 bencana yang terjadi sepanjang 2019, sebanyak 25 persen di antaranya adalah kejadian banjir. Kedua terbanyak setelah angin kencang.

Terakhir kali, banjir terjadi di sejumlah desa di Gresik dan Mojokerto Selasa (31/12/2019) sore. Sejumlah rumah warga sempat tergenang air antara 10 sampai 12 sentimeter.

Ada sejumlah kawasan terdampak di Kecamatan Balongpanggang, Gresik. Antara lain Desa Banjar Agung; Desa Wotan Sari; Dusun Mojolebak, Desa Mojogede; dan Dusun Kedungrukun, Desa Kedungpring.

Sementara, dua dusun di Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto yang terdampak banjir adalah Dusun Klanting, Desa Pulorejo, dan Dusun Balung, Desa Banyulegi.

Tidak hanya rumah penduduk, banjir juga menghampiri kantor Koramil 0817/09 Balongpanggang, Gresik; merendam sekitar 20 hektar sawah; menggenangi sejumlah jalan antara 20 sampai 120 sentimeter.

Suban Wahyudiono Kepala Pelaksana BPBD Jatim memastikan tidak ada korban jiwa dalam banjir kali ini. Dia menyebutkan banjir di Gresik dan Mojokerto itu terjadi akibat luapan sungai Kali Lamong.

KRB Jatim 2016-2020 yang disusun BNPB menyebutkan, salah satu kunci penanganan bencana adalah peningkatan ketahanan daerah. Indeks ketahanan daerah Jatim menurut KRB itu pada level 3.

Pemerintah Provinsi dan beberapa komunitas di Jawa Timur dinilai punya komitmen dalam mengurangi risiko bencana. Sudah ada kebijakan sistematis yang berjalan.

Namun, BNPB melalui KRB itu menilai, capaian yang diperoleh dengan komitmen dan kebijakan di Jatim belum menyeluruh, sehingga belum cukup berarti mengurangi dampak negatif bencana.

KRB yang disusun pada 2015 lalu itu menyarankan ada upaya peningkatan optimalisasi upaya Penanggulangan Bencana (PB). Level 3 ketahanan daerah di Jatim perlu ditingkatkan.

“Efektivitas penyelenggaraan PB perlu ditingkatkan untuk menghadapi berbagai macam ancaman yang mungkin terjadi. Pencapaian level minimal yang harus dilaksanakan setingkat di atas level yang ada, yaitu level 4,” sebut BNPB di RKB Jatim 2016-2020.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 29 November 2024
28o
Kurs