Jumat, 22 November 2024

Optimisme Jatim Mendongkrak Ekonomi 2020 di Tengah Situasi Global dan Nasional

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Gubernur Jatim saat memaparkan refleksi 2019 dan program prioritas 2020 di Kantor Gubernur Jatim, Minggu (29/12/2019). Foto: Denza suarasurabaya.net

Di tengah situasi global dan nasional, Pemprov Jatim membangun optimisme menumbuhkan ekonomi 2020 lebih positif. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih jadi andalan.

Perang Dagang Amerika Serikat dengan China yang diperkirakan meningkat pada 2020 dan detik-detik keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) pada akhir 2019 ini menentukan situasi ekonomi global.

Situasi dunia itu menjadi salah satu faktor yang membuat Pemprov Jatim enggan mengambil risiko memasang target angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari 5 persen pada 2020 mendatang.

Saat menggelar Refleksi 2019 dan Program Prioritas 2020, Minggu (29/12/2019), di Kantor Gubernur, Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur mengakui, situasi dunia itu yang menjadi bahan pertimbangan.

“Oke, kenapa kita enggak mau 6 persen? Perang dagang (AS-China) masih akan meningkat. Brexit akan efektif mempengaruhi ekonomi global. Tentu itu menjadi consideration,” ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Jatim dilihat dari PDRB sampai triwulan ketiga 2019 secara year on year di angka 5,32 persen.

Meski masih berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, Bank Indonesia Jawa Timur memprediksi pertumbuhan ekonomi Jatim pada 2020 di kisaran 5,4 persen dan tidak lebih dari 5,8 persen.

“Perlu kita perhatikan, apakah pertumbuhan kita stagnan? Pertumbuhan itu progres, angka pertumbuhan 5 persen untuk provinsi semacam Jawa Timur sudah bisa dikatakan sangat bagus,” kata Emil.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim menambahkan, secara umum pertumbuhan ekonomi Jatim yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional patut disyukuri bersama.

“Di Dunia ini yang ekonominya tumbuh 5 persen: satu China, dua India, tiga Indonesia. Harus disyukuri bersama, di antara provinsi di Indonesia sebagai negara ketiga yang tumbuh lima persen, Jawa Timur masih di atas rata-rata nasional,” ujarnya.

Sektor yang masih menjadi andalan Jatim dalam menumbuhkan ekonomi lebih positif tahun depan adalah UMKM. Seiring lambatnya kredit perbankan di Jatim, kredit UMKM menurut BI Jatim stabil.

Situasi ekonomi dunia yang diperkirakan menjadi faktor utama pelambatan kinerja kredit perbankan Jawa Timur di angka 7,7 persen, turun jauh dibandingkan kinerja kredit 2018 yang tumbuh 12 persen.

BI Jatim menyatakan, pelemahan kredit korporasi perbankan itu mempengaruhi kinerja sejumlah sektor. Pelambatan impor 9,4 persen dan pertumbuhan ekspor yang hanya 0,67 persen.

Kabar baiknya, menurut BI Jatim, pertumbuhan kredit UMKM di Jatim stabil di angka 11,3 persen. Jauh di atas pertumbuhan kredit non-UMKM di Jatim yang ada di angka 6,4 persen.

Khofifah Gubernur Jatim pun menyampaikan, pada suasana ekonomi yang kondusif pada 2019 ini, Jatim akan menyambut baik rencana pemerintah mengalokasikan kredit usaha rakyat (KUR).

“Kalau ditambah KUR yang nanti pemerintah menyiapkan Rp109 ribu triliun dengan interest (bunga) 6 persen, kalau kita tarik ke Jatim rasanya akan mendorong ekonomi lebih signifikan,” kata Khofifah.

Salah satu tantangan di dalam negeri yang akan dihadapi Jatim pada 2020 adalah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 19 kabupaten/kota. Emil mengakui, giat politik ini berpengaruh.

“Kita sudah melalui beberapa Pilkada. Memang, kemungkinan wait and see (bagi pengusaha/investor) itu ada. Tapi kami yakin, sudah ada rencana mengevaluasi Pergub dan Perda,” ujarnya.

Emil mengatakan, Gubernur sudah merencanakan ada sejumlah Peraturan Gubernur (Pergub) dan Peraturan Daerah (Perda) yang akan dievaluasi untuk meningkatkan minat investasi di Jatim.

Sejumlah Pergub dan Perda itu, kata Emil, sedang disisir oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jawa Timur. Langkah ini, kata Emil, menyesuaikan Omnibus Law di pusat.

“Ada 82 Undang-Undang dan 1.140 pasal yang dievaluasi di pusat. Di jatim, kita juga perlu memastikan aturan itu mendukung iklim investasi,” ujarnya. Terutama berkaitan proyek di Perpres 80/2019.

Sebanyak 218 program dan proyek prioritas di dalam Peraturan Presiden 80/2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Jatim menjadi harapan sekaligus tantangan bagi Jawa Timur.

Difi Ahmad Johansyah Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim mengatakan, kalau semua pekerjaan rumah (PR) Jatim dikerjakan secara baik, terutama proyek Perpres 80/2019, dia optimistis ekonomi jatim tumbuh di atas 5,4 persen.

“Kalau pelaksanaan Perpres 80 ini berjalan baik, dekat 5,8 saja di 2020 sudah sangat baik untuk Jawa Timur. Kami berupaya, Perpres 80 ini multiplyer effectnya besar. Kami akan sosialisasi kepada dunia usaha dan investor,” ujarnya.

Secara umum, Difi mengatakan, stabilnya sektor UMKM di Jatim dengan angka kredit UMKM 11 persen sudah menjadi base line yang baik. Ditambah lagi inflasi terendah yang dialami Jatim pada 2019.

“Inflasi kita pada tahun ini adalah inflasi terendah sepanjang sejarah. Artinya apa? Kalau inflasi rendah, BI bisa fokus mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami akan fokus ke arah sana,” ujarnya.

Kondisi inflasi itu juga yang membuat BI Jatim optimistis peningkatan Upah Minimum Regional maupun Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jatim, yang membuat cemas pengusaha, dapat teratasi.

“Salah satu kunci pertumbuhan Jatim ke depan adalah tumbuh bersama-sama. Khususnya daerah mitra Jatim. Kita harus meningkatkan pola sinergi antardaerah di Indonesia,” ujarnya.

Sebagaimana yang selalu didengungkan oleh Khofifah Gubernur Jatim, misi dagang yang bertujuan menguatkan perdagangan antara Jatim dengan daerah lain akan terus ditingkatkan pada 2020 mendatang.(den/iss/ipg)




Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs