Seringkali, ketika ada kebocoran gas sampai mengakibatkan flashover (letupan disertai api), seseorang akan panik. Dalam kepanikan orang cenderung mengambil tindakan yang justru berakibat fatal.
Bambang Vistadi Kepala Bagian Operasional Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya memberikan penjelasan, bagaimana seharusnya seseorang ketika mendapati kebocoran gas seperti itu.
1. Jangan Panik
Bambang Vistadi menekankan, masyarakat Surabaya yang mendapati adanya kebocoran gas tidak usah panik. Kepanikan justru akan membuat mereka mengambil tindakan yang keliru dan fatal.
Misalnya, ketika tercium bau gas yang sangat menyengat, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan sebuah ruangan tidak tertutup rapat. Kalau ada jendela, buka jendela lebar-lebar.
Ini perlu dilakukan supaya gas LPG tidak terkonsentrasi di dalam ruangan, yang mana ketika volume gas terakumulasi cukup tinggi, potensi terjadinya flashover semakin besar dan semakin mudah tersulut.
“Jadi, kalau mencium bau asing gas LPG, segera pastikan gas itu tidak mengumpul dalam ruangan. Buka lebar semua akses udara,” katanya kepada suarasurabaya.net, Sabtu (28/12/2019).
2. Menutup Sumber Kebocoran dengan Jari
Pada kondisi ketika sumber kebocoran seperti lubang pada regulator tabung LPG yang sudah menyemburkan api, Bambang Vistadi menegaskan, orang cukup menutup lubang dengan jari.
“Cukup menekan sumber kebocoran dengan jari manis. Masalah sudah bisa teratasi. Tapi kadang-kadang memang orang akan berpikir dua kali untuk melakukan ini. Yang penting ditutup dengan sesuatu,” ujarnya.
Bisa menggunakan lap basah misalnya, kalau memang lap itu terjangkau di sekitar lokasi. Atau dengan barang lain yang memang memungkinkan menutup lubang dengan sempurna dan cepat.
3. Jangan Merokok, Menyalakan Api, atau Menekan Saklar
Ketika seseorang mendapati di sebuah ruangan sangat kuat tercium bau gas LPG yang bocor, Bambang dengan tegas menyatakan, jangan sampai orang itu merokok.
Hal lain yang dia larang, jangan sampai orang bersangkutan malah memantik sebuah korek api misalnya, alih-alih menyalakan kompor yang ada di lokasi penuh gas LPG itu.
Bahkan, pada kondisi konsentrasi kebocoran gas LPG yang sudah sangat kuat, dia juga melarang seseorang menyalakan lampu walaupun kondisi ruangan itu dalam keadaan gelap.
Sebuah saklar ketika ditekan, menyalakan atau mematikan lampu, selalu menimbulkan efek listrik yang bisa memantik gas LPG yang sudah terakumulasi di sebuah ruangan sehingga terjadi flashover.
“Lebih baik memastikan bahwa akses udara di ruangan itu terbuka lebar sehingga gas LPG bisa keluar dari ruangan daripada menyalakan atau mematikan lampu. Ini yang orang jarang menyadari,” ujarnya.
Semua imbauan ini, kata Bambang, sebenarnya sudah sering disosialisasikan oleh Dinas Pemadam Kebakaran kepada masyarakat Surabaya. Hanya saja, belum banyak yang memahaminya.
Salah satu contoh fatal seperti yang terjadi di Rumah Makan Mie Setan Mulyorejo Jumat (27/12/2019) malam. Bambang menduga, kebocoran gas di bagian dapur itu sudah terjadi cukup lama.
Karena tidak ada yang segera menyadari itu, gas LPG yang menguar itu terkumpul dan terakumulasi karena tidak bisa keluar. Ditambah lagi kepanikan karyawan ketika mendapati letupan api.
“Seharusnya kalau sudah ada api seperti itu tidak perlu sampai dilepas tabungnya, dilemparkan, atau dibawa ke kamar mandi. Cukup dengan memastikan ada ruang aliran udara, tidak ada yang merokok, dan menutup sumber kebocoran tadi dengan jari atau benda lainnya,” katanya.(den/iss)