Salah satu bencana hidrometeorologi di Jawa Timur yang berpotensi mengancam sejumlah wilayah saat musim penghujan seperti sekarang adalah banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mendata, banjir di sejumlah daerah di Jatim umumnya terjadi akibat luapan sungai yang ada di sekitarnya.
Sejumlah kabupaten yang berpotensi banjir akibat luapan Bengawan Solo antara lain Bojonegoro, Magetan, Ngawi, Madiun, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.
Sementara daerah yang berpotensi banjir luapan Sungai Brantas antara lain Malang Raya, Kediri, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya.
Selain itu, daerah seperti Probolinggo, Bondowoso, Lumajang, Situbondo, Banyuwangi, dan Jember, adalah daerah yang rawan banjir bandang dan longsor.
Tidak hanya itu, banjir juga kerap terjadi di Kabupaten Pasuruan pada musim penghujan. Banjir itu terjadi akibat luapan Sungai Welang.
Banjir di Pulau Madura terjadi akibat luapan Sungai Kemuning. Wilayah rawan terdampak antara lain Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.
Daerah paling sering terdampak banjir luapan sungai pada musim penghujan adalah daerah sekitar Bengawan Solo. Sejumlah tanggulnya rawan jebol.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim mengakui itu. Pemprov Jatim akan melakukan antisipasi di sejumlah ruas tanggul Bengawan Solo.
Beberapa tanggul Bengawan Solo, kata Khofifah, saat ini sudah ditangani dengan kantung pasir (sand bag).
“Sand Bag-nya sudah sangat tinggi. Kita tinggal berharap ada kanalisasi di titik-titik Bengawan Solo saat intensitas hujannya tinggi,” ujarnya di Grahadi, Senin (23/12/2019).
Salah satu daerah yang paling rawan terdampak banjir luapan Bengawan Solo dan menjadi perhatian Khofifah adalah Kabupaten Bojonegoro bagian Selatan.
Masalah banjir luapan Bengawan Solo ini sudah menjadi perhatian Pemprov Jatim di era kepemimpinan Soekarwo sebagai Gubernur Jatim.
Salah satu solusi yang sudah menjadi program Pemprov Jatim untuk mengatasi banjir luapan Bengawan Solo adalah pembuatan sejumlah sudetan.
Sayangnya, sejak era Pakde Karwo sampai Khofifah, anggaran untuk pembuatan sudetan Bengawan Solo dari APBN tidak segera turun.
Khofifah mengatakan, dia memahami bagaimana proses pendistribusian anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Khofifah mengakui biaya pembuatan sudetan Sungai Bengawan Solo sebagai solusi luapan yang mengakibatkan banjir cukup mahal.
“Iya, itu agak mahal sih. Memang rupanya itu (sudetan) juga sudah tembus T (triliunan rupiah). Untuk menyiapkan di Bojonegoro juga tembus T,” katanya.
Khofifah pun mengatakan, perlu adanya pemetaan-pemetaan yang segera dilakukan Pemprov Jatim yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR.
“Bengawan Solo memang butuh sudetan. Di Bojonegoro itu (biayanya) sekitar 2,5 T. Sedayu lawas juga T. Penyiapan tanggul Teluk Lamong juga T. Kita harus pahami pendistribusian anggaran PUPR,” ujarnya.
Khofifah memastikan, Pemprov Jatim sudah melakukan rapat dan koordinasi dengan 10 Balai Besar Wilayah Sungai yang ada di bawah naungan Kementerian PUPR.
Sementara itu, sebagai upaya antisipasi banjir akibat luapan Bengawan Solo, Khofifah punya rencana lain yang dalam waktu dekat akan dia lakukan.
“Saya ingin mengajak semua pihak punya gerakan mengumpulkan biji-bijian apa saja. Gerakan ini sudah kami koordinasikan dengan Danlanud Abdurrahman Saleh. Kami ingin menggunakan helikopter untuk tabur biji (di sepanjang Bengawan Solo),” katanya.
Gerakan mengumpulkan benih tanaman dan menebarnya di sepanjang DAS Bengawan Solo itu, dia harap bisa menjadi solusi jangka panjang di daerah bantaran yang gundul.
Akar pohon yang keras dapat memperkuat tanah dan mencegah erupsi, selain itu pepohonan itu dapat menyerap air hujan sehingga tidak sampai terjadi banjir.
“Jadi, yang gundul-gundul itu semoga setelah tabur biji bisa tumbuh. Ini, kan, masuk musim hujan. Kita berharap begitu. Semakin banyak biji yang ditabur, sebagian yang gundul itu bisa tumbuh lagi,” ujarnya.
Dia memperkirakan gerakan menabur biji atau benih tumbuhan di bantaran Bengawan Solo akan mulai dilakukan pada 26 Desember mendatang.(den/dwi)