Sabtu, 23 November 2024

Bali Festival 2019, Ingatkan Milenial Keberagaman dan Barong Landung

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Pementasan dalam Bali Festival 2019 di kampus Universitas Surabaya. Foto: Humas Ubaya

Barong Landung adalah sosok perkawinan campur antara Bali dan Tionghoa yang digambarkan dengan wujud pria Bali berkulit hitam serta bermata bulat berdampingan dengan sosok perempuan Tionghoa, yang digambarkan berkulit langsat dan bermata sipit.

Barong Landung merupakan tradisi penghormatan terhadap sosok Raja Jaya Pangus (Dalem Bali Kang) dan permaisuri Kang Tjin We yang merupakan pendatang dari Tionghoa.

Penghormatan yang dilakukan oleh masyarakat Bali merupakan bentuk pengajaran toleransi budaya kepada masyarakat.

Konon, Barung Landung dihormati dan sering dipentaskan untuk mengusir pengaruh jahat dan membawa kedamaian serta kesejahteraan warga.

Sementara itu, Bali Festival 2019 merupakan acara tahunan rutin yang diselenggarakan oleh UKKH Ubaya sebagai bentuk sikap anak muda khususnya mahasiswa dari Bali untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya mereka ke masyarakat luas di tanah Jawa.

“Satu diantara tujuannya untuk mengingatkan kaum muda, milenial bahwa Indonesia memiliki beragam budaya termasuk budaya Bali. Secara khusus kami tampilkan Barong Landung sebagai bentuk keberagaman itu,” terang Ida Ayu Putri Suandewi Ketua Panitia Bali Festival 2019.

Pada kesempatan pementasan sendratari Dalem balingkang dan penampilan Barong Landung, turut hadir penonton yang diantaranya adalah masyarakat Hindu serta mahasiswa Hindu dari berbagai perguruan tinggi di Kota Surabaya.

Selain penampilan sendratari Dalem Balingkang, Bali Festival 2019 dibuka dengan tari penyambutan yaitu Tari Sekar Jempiring dan dimeriahkan penampilan Band Party Tour Music UKKH Ubaya. Ditambah sejumlah stand kuliner khas Bali.

Dari kegiatan Bali Festival 2019, UKKH Ubaya ingin menunjukkan bahwa budaya adalah jati diri bangsa yang perlu dilestarikan kepada anak muda dan itu harus tercermin dalam pribadi mahasiswa Ubaya yang multikultural.

“Kami berharap mahasiswa serta milenial mau menghargai dan terlibat pada kegiatan-kegiatan penampilan seni budaya khususnya Bali dan ikut melestarikan tradisi budaya Bali. Semoga mahasiswa Bali di Ubaya menjadi pioner menghadirkan seni budaya multikultural dalam festival budaya nusantara,” papar Drs. Agus Wijaya, S.Pd., S.Ag., M.M., pembina UKKH Ubaya.(tok/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs