Akun bot telah menjadi masalah tersendiri dalam perkembangan teknologi komunikasi di media sosial. Akun-akun ini diperkirakan berjumlah sangat banyak dan dikendalikan oleh sebagian orang untuk motif tertentu, mulai dari ekonomi hingga Politik.
Bekti Cahyo Hidayanto Kepala Laboratorium Infrastruktur dan Keamanan Tekonogi Informasi ITS mengatakan, satu orang melalui program tertentu bisa mengcreate dan mengendalikan hingga ratusan ribu bot sekaligus.
Bekti mengatakan, ada beberapa ciri yang bisa dilihat untuk mengidentifikasi keaslian sebuah akun. Ini agar pengguna media sosial tidak mudah terjebak pada penggiringan opini oleh akun-akun bot.
1. Lihat asal perangkat akun itu mengirimkan konten ke medsos
Beberapa media sosial seperti Twitter memungkinkan pengguna untuk mengetahui asal perangkat sebuah akun “ngetweet”. Bekti menjelaskan, akun bot tidak akan bisa diketahui asal perangkat yang dipakai.
“Kalau bot dari perangkat yang tidak diketahui. Kalau muncul, berarti dari orang pribadi, kalau tidak diketahui, berarti bot. Karena dia dari program,” katanya.
2. Akun bot menggunakan identitas yang tidak jelas
Akun bot selalu menggunakan identitas yang tidak jelas. Biasanya menggunakan kombinasi nama dan angka yang tidak jelas.
“Kalau misal kita (pengguna asli, red), akun nama kita memang itu kita. Kalau bot pengen menyembunyikan siapa dia, tapi dia ingin omongan dia diiyakan. Itu contohnya,” ujar Bekti.
3. Akun dibuat dalam waktu yang tidak terlalu lama dengan aktivitas yang mencurigakan
Akun bot biasanya dibuat dalam waktu yang relatif singkat. Meski begitu, biasanya akun ini aktif mengikuti akun-akun lain dan menyebarkan konten tertentu. Akun bot juga biasanya memberi like kepada banyak postingan secara terus menerus.
“Dia biasanya tidak punya pengikut. Karena program ngirim-ngirim (konten, red) terus, tapi gak ada follower, dan itu dibuat dalam waktu yang sangat singkat,” jelasnya.
Selain mengecek lewat ciri-ciri diatas, Bekti mengajak para pengguna media sosial untuk kembali ke prinsip berkomunikasi, yaitu mengetahui orang yang sedang kita ajak berkomunikasi.
“Itu prinsipnya. Sehingga kalau kita mau komunikasi, kita harus tau siapa yang ngirim. Dia bisa dilihat dari bionya (jelas atau tidak, red),” pungkasnya. (bas/iss/ipg)