Dinas Pariwisata, Budaya, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menginventarisasi benda diduga peninggalan sejarah yang banyak ditemukan warga di wilayah setempat.
Winarto Sekretaris Disparbudpora Magetan mengatakan hingga saat ini telah ada 164 benda atau arca hasil temuan warga yang diduga merupakan peninggalan sejarah.
“Setiap laporan temuan dari warga kami inventaris. Sejauh ini telah ada sebanyak 164 arca atau batu temuan warga yang diduga peninggalan sejarah,” ujar Winarto kepada wartawan di Magetan, Kamis (13/12/2019).
Atas ratusan temuan tersebut, katanya, sudah dilaporkan ke kementerian dan lembaga terkait. Selain itu juga ke dinas terkait di Pemprov Jatim.
Menurut dia, Dinas Parbudpora hanya melakukan pendataan dan perawatan sebisa mungkin dengan melibatkan pihak desa. Hal itu karena untuk mengidentifikasi lebih dalam atas temuan tersebut, pihaknya tidak memiliki kemampuan dan keahlian.
Sebagian temuan benda peninggalan sejarah yang dilaporkan tersebut sudah mendapat respons dari Pemprov Jatim dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, namun ada juga yang belum.
Dilansir Antara, adapun temuan benda atau arca diduga peninggalan bersejarah yang terakhir adalah arca “Ganesha” di Desa Bangsri, Kecamatan Ngariboyo, Magetan.
Arca temuan warga tersebut oleh arkeolog BPCB Jatim dinilai cukup unik karena keluar dari pakem biasanya. Dimana, pada umumnya arca Ganesha tidak memiliki relief rambut di kepalanya, sedangkan pada temuan di Bangsri, arca Ganesha tersebut terdapat relief rambut ikal.
Istimewanya lagi, kata Winarto, pada bagian belakang arca tersebut terdapat ukiran naga bermahkota. Adapun panjang batu arca itu mencapai 133 sentimeter, tinggi 154 sentimeter, ketebalan batu sekitar 40 sentimeter dan kemiringan dari tanah 45 sentimeter.
Arkeolog BPCB Jatim menjelaskan arca itu mirip dengan yang ada di Kediri. Meski bentuknya Ganesha, tetapi arca di Kediri tidak mempunyai ukiran rambut.
Para ahli menduga arca itu dibuat sekitar abad ke-14. Hal tersebut dilihat dari ukiran naga di baliknya yang mirip dengan gaya Tionghoa.(ant/tin/dwi)