Minggu, 24 November 2024

TNI Mewaspadai Serangan Teroris Yang Manfaatkan Pemilu dan Ramadhan

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Panglima TNIdalam rapat kerja evaluasi Pemilu Serentak 2019 dengan Komite I DPD RI, di ruang GBHN, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2019). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Marsekal Hadi Tjahjanto PanglimaTNI mengaku telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan deteksi dini terhadap perkembangan situasi-situasi yang menonjol di daerah masing-masing.

“Saya perintahkan seluruh satuan TNI untuk melaksanakan deteksi dini, cegah dini, temu cepat dan lapor cepat setiap perkembangan situasi terhadap hal-hal yang menonjol yang terjadi di wilayah-wilayah,” ujar Panglima dalam rapat kerja evaluasi Pemilu Serentak 2019 dengan Komite I DPD RI, di ruang GBHN, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2019).

Kata Hadi, TNI juga terus melakukan patroli bersama Polri dalam rangka cipta kondisi wilayah. TNI juga akan menyiagakan pasukan cadangan dan alutsista yang siap untuk memberikan bantuan bila terjadi konflik, termasuk mewaspadai serangan teroris.

“Satuan TNI termasuk intelijen tetap mewaspadai serangan teroris. Hal ini tidak hanya mengantisipasi serangan balasan akibat penembakan di Selandia Baru, seperti juga yang telah terjadi di Srilangka, sel sel tidur ataupun lone wolf yang memanfaatkan situasi terutama saat bulan Suci Ramadan dan perayaan keagamaan tetap harus diwaspadai. Kita tidak boleh lengah,”tegasnya.

Panglima memprediksi perkembangan situasi yang terjadi pasca Pemilu serentak 2019 adalah munculnya beberapa keberatan terhadap hasil penetapan oleh KPU.

Hal ini terlihat dari indikasi perkembangan ketidakpuasan atas proses yang sedang berjalan oleh beberapa pihak yang mengatakan terjadi beberapa kecurangan meskipun penyelenggara Pemilu mengatakan tidak terjadi.

Akibat keberatan tersebut, kata dia, dapat terjadi aksi untuk melaksanakan unjuk rasa maupun penyerangan kantor-kantor seperti KPU, Bawaslu dan sebagainya.

“Kami telah siagakan bersama bapak Kapolri dan diprediksi juga akan ada peningkatan penyebaran berita hoaks di media sosial. Hoaks disebar karena ada aktor yang ingin memanfaatkan situasi yang berkembang dan polarisasi yang terbentuk pada masa kampanye menyebabkan identitas primordial, kesukuan, agama dan kesenjangan sosial dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan anarkisme massa,”jelasnya.‎

Menurut Hadi, apabila eskalasi tidak terkendali akibat dari perkembangan tersebut,maka stabilitas keamanan akan terganggu dan eskalasi ini bisa terjadi apabila pihak-pihak yang sedang bersaing tidak dapat saling menahan ataupun mengendalikan diri. Apalagi adanya aktor-aktor yang ingin menopang pada situasi tersebut.

“Sebagian besar masyarakat kita masih memiliki sifat yang mudah terprovokasi dan mudah berubah menjadi amuk, sehingga ini yang dimanfaatkan oleh aktor tersebut. Massa dalam jumlah besar yang tertib dapat berubah seketika apabila dalam cuaca panas, kelelahan, lapar dan muncul provokasi,” pungkas Panglima.(faz/tin/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs