Minggu, 19 Januari 2025

Memanfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Mengatasi Limbah Plastik di Indonesia

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Febriadi Pratama Co-Founder Yayasan Gringgo Indonesia, salah satu yayasan pemenang Google AI Impact Challenge 2019, saat menceritakan pengalamannya dan rencana Gringgo ke depan dalam pemanfaatan AI selama bootcamp di San Fransisco. Foto: Istimewa

Gringgo Indonesia, satu dari 20 organisasi nonprofit dan perusahaan di bidang sosial dari 12 negara penerima dana hibah Google, akan memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengatasi masalah limbah plastik di Indonesia.

Yayasan yang terpilih ke dalam 20 besar, dari total 2.600 yayasan dan perusahaan peserta Google AI Impact Challenge 2019, itu akan menerima hibah senilai USD25 juta dari google.org untuk menjalankan programnya.

Organisasi yang berdiri sejak 2017 silam itu berencana menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu pemangku kebijakan mengenali berbagai jenis limbah lebih cepat, demi mengatasi masalah limbah plastik di Indonesia yang tak kunjung selesai.

Tidak hanya menerima hibah, Gringgo Indonesia juga bisa berkonsultasi dengan Google Cloud, mendapat pelatihan dari pakar AI Google, serta mendapat mentoring dari jaringan pakar Google Launchpad Accelerator selama selama enam bulan.

“Kami baru kembali dari memaparkan target program yang kami harap bisa tercapai pada November di San Fransisco bersama 19 penerima hibah lainnya,” kata Febriadi Pratama Ketua Tim Gringgo Indonesia dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net, Selasa (27/5/2019).

Febriadi mengatakan, dia bersama sembilan orang timnya di Gringgo ingin menciptakan dampak lebih besar dan positif bagi Indonesia melalui kerja sama dengan Google dan Datanest di Program Launchpad Accelerator.

Berdasarkan laporan majalah Science pada 2015 lalu, jumlah limbah plastik di Indonesia sudah mencapai 3,2 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, ada sebanyak 1,29 juta ton di antaranya yang dibuang ke laut.

Dari fakta itu, Gringgo Indonesia tergerak untuk mengembangkan alat pencegahan limbah plastik laut. Alat ini nantinya juga bisa dipakai untuk memantau jumlah pembuangan sampah secara real-time di Indonesia.

Gringgo Indonesia terutama membuat alat ini untuk membantu pemerintah lokal, LSM, dan perusahaan swasta di Indonesia supaya para pemangku kebijakan dan LSM di Indonesia bisa mengelola limbah dengan lebih baik dan meningkatkan hasil daur ulang.

“Program Launchpad sungguh membuat kami lebih fokus melangkah ke depan dan memberi visi yang jelas mengenai pencapaian apa saja yang ingin kami raih,” kata Febriadi. “Program ini membantu kami membuat target yang jelas dan memperoleh hasil penting.”

Perlu diketahui, program Launchpad Accelerator akan tuntas pada November 2019 mendatang. Para penerima hibah Google akan menjalani proses mentoring tahap akhir dan dinyatakan lulus dalam upacara di San Francisco.

“Google sudah lama berkecimpung di bidang AI dan kami menyaksikan langsung bagaimana AI membantu mengatasi berbagai masalah besar di berbagai bidang. Baik layanan kesehatan, pencegahan bencana, dan aksesibilitas kaum difabel dan lingkungan,” kata Jason Tedjasukmana dari Google Indonesia.

Jason mengatakan, Google ingin melihat apa saja yang akan dilakukan Gringgo melalui teknologi AI untuk membantu masyarakat Indonesia. Dia berharap apa yang dilakukan Gringgo Indonesia bisa semakin menyadarkan masyarakat tentang masaah limbah plastik yang kian serius.(den/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Minggu, 19 Januari 2025
25o
Kurs