Jumat, 22 November 2024

Ini Upaya Pemkot Surabaya Dongkrak Perekonomian Warga Dolly dan Jarak

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Sejumlah warga ex kawasan lokalisasi dolly menyelesaikan pembuatan lampion di sela-sela pelatihan di Surabaya, Selasa (23/5/2017). Foto: Antara

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk mendongkrak perekonomian warga yang terkena dampak alih fungsi lokalisasi Dolly dan Jarak.

Salah satunya dengan cara menggelar pelatihan keterampilan usaha atau bekerja sama dengan sejumlah pihak.

Sejak penutupan lokalisasi pada empat tahun silam, hingga kini sudah ada 2.000 lebih warga di wilayah eks lokalisasi yang telah mengikuti pelatihan yang diberikan Pemkot Surabaya.

Nanis Chairani Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya mengatakan warga yang tinggal di kawasan eks lokalisasi memiliki hak yang sama dengan warga yang tinggal di wilayah lainnya (luar lokalisasi) dalam hal mendapatkan perhatian dari dinasnya.

“Mereka berhak untuk mengikuti program kami, salah satunya pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan-pelatihan,” kata Nanis Chairani, dilansir dari Antara, Selasa (26/12/2017).

Berdasarkan data di Dinas P5A, selama rentang 2013 hingga 2016, sudah ada 2.150 warga dari tiga kawasan terdampak penutupan lokalisasi yang telah mengikuti pelatihan.

Rinciannya di kawasan eks lokalisasi Sememi Klakahrejo ada 275 orang, lalu di Dupak Bangunsari ada 750 orang dan di Dolly (Putat Jaya) ada 1.125 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 persen hingga kini masih eksis usahanya.

“Yang paling menonjol adalah warga dari Dolly seperti usaha makanan (samiler), kaos, dan tempe,” ujarnya.

Padahal, kata dia, sebelum penutupan lokalisasi, warga di kawasan Dolly kurang berminat menyambut tawaran pelatihan yang diberikan Pemkot Surabaya.

Saat itu, warga di sana lebih berminat untuk menggeluti usaha yang berkaitan dengan praktik lokalisasi seperti menjadi juru parkir, membuka warung ataupun laundry karena merasa bisa mendapatkan uang dengan cara mudah. Sementara, ada banyak warga di luar Putat Jaya yang sudah mengikuti pelatihan.

Setelah penutupan lokalisasi Dolly dan dilakukan pendekatan dan dorongan dari Dinas P5A, barulah warga di Putat Jaya tergerak untuk mengikuti pelatihan. Mereka diubah pola pikirnya agar mau menjadi lebih berdaya dengan keahlian yang mereka miliki melalui usaha.

Pemkot juga dibantu oleh dunia usaha yang memberikan Corporate Social Resposibility (CSR) nya. Dalam perjalanannya, warga di Putat Jaya ternyata lebih cepat dalam menyerap keahlian yang diberikan personel dari Dinas P5A.

Nanis mengatakan mereka sangat cepat menguasainya lebih dari mereka yang sudah belajar lebih dulu. Goresan, desain dan warna batik yang mereka hasilkan cukup bagus. Harganya pun fantastis, selembar bisa Rp10 juta, sementara lainnya masih di kisaran ratusan ribu.

Tidak hanya berupa pelatihan, Pemkot Surabaya juga melakukan pendampingan agar warga jadi lebih berdaya secara ekonomi, seperti yang sudah berproduksi, dibantu untuk pemasaran produknya.

Pemkot Surabaya sudah punya etalase untuk pemasaran produk seperti di Balai Kota Surabaya, Terminal Purabaya, Royal Plaza dan juga di sentra UKM Dinas Perdagangan dan Perindustrian.

“Kami juga mengikutkan mereka ke pameran di luar kota maupun di luar pulau. Tentunya kami seleksi produk yang memang terbaik. Bagi yang belum bagus terus kami dorong,” kata Nanis.

Hingga kini, Pemkot terus melanjutkan pendampingan dengan cara diarahkan untuk bergabung dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan Pemkot Surabaya yakni Pahlawan Ekonomi yang lebih diarahkan untuk ibu rumah tangga dan Pejuang Muda bagi mereka yang berusia lebih muda.

“Bagi warga yang berminat mengikuti pelatihan usaha, bisa datang langsung ke Kaza (Kapas Krampung Plaza) pada setiap akhir pekan,” katanya. (ang/ant/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs