Sabtu, 23 November 2024

Ini yang Harus Dilakukan di Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Faisal Basri, Pakar Ekonomi Nasional saat pemaparan di acara Suara Surabaya Economic Forum (SSEF), Jumat (8/12/2017). Foto: Suara Surabaya Media

Faisal Basri, Pakar Ekonomi Nasional mengatakan, secara umum semua sektor ekonomi di Indonesia membaik. Tapi, data yang dia catat, pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Indonesia sebenarnya terus menurun.

“Dari 8 persen, 7 persen, 6 persen, sekarang 5 persen. Ada yang bilang ini adalah titik terendah, siapa bilang, kalau sampai 4 persen bagaimana?” katanya di Suara Surabaya Economic Forum (SSEF), Jumat (8/12/2017).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurut Faisal melambat diimbangi kurva peningkatan kesejahteraan yang “tidur”. Pendapatan per kapita di Indonesia naik sangat lambat.

“Daya beli memang tidak turun, tapi ada kecenderungan konsumsi yang turun. Orang-orang mulai switching ke tabungan,” ujarnya.

Kecenderungan orang menyimpan pendapatannya ini terlihat dari data yang dicatat Faisal, prosentase tabungan di Indonesia sejak tahun 2014 naik. Dari 18,6 persen menjadi 19,8 persen pada 2017.

Lantas apa yang harus dilakukan Basri mencatat, beberapa sektor usaha di bidang jasa mengalami peningkatan. Sementara industri, pertanian, dan pertambangan pertumbuhannya buruk.

Beberapa sektor industri, salah satunya makanan dan minuman, menurutnya masih tumbuh bagus. “Prospek industri makanan dan minuman ini juga masih bagus,” katanya.

Investasi, kata Faisal, masih bisa dilakukan mengikuti sektor-sektor yang memang menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Seperti industri makanan dan minuman, atau di sektor jasa.

Investasi di pasar saham juga masih bisa dilakukan, terutama di beberapa perusahaan seperti perbankan, maupun beberapa BUMN tertentu.

“Catatan saya, jangan investasi di BUMN yang mendapat penugasan pengerjaan infrastruktur dari pemerintah. Karena pasti jeblok,” ujarnya.

Pemerintah Harus Lakukan General Check Up

Faisal Basri mengatakan, Pemerintah Indonesia perlu melakukan general check up pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

General check up yang dimaksud oleh Faisal, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Perbankan sebagai bagian vital yang berfungsi seperti jantung, kata Faisal, detaknya agak tidak normal. Padahal fungsi perbankan sangat vital, melalui kredit, tabungan dan produk-produk perbankan lainnya.

Kredit bank di Indonesia yang tersalurkan, menurut datanya, tidak lebih dari 50 persen.

“Bank kita masih kalah dengan negara tetangga seperti Singapura. Jumlah bank di Indonesia ratusan, tapi memble semua,” ujarnya.

Di sisi lain, pajak sebagai salah satu sistem vital perekonomian Indonesia, katanya, juga mengalami pelemahan fungsi.

“Lima tahun berturut-turut merosot. Sempat di bawah 10 persen dibandingkan GDP tahun lalu,” katanya.

Secara umum, wajah ekonomi Indonesia menurut Faisal Basri seperti wajah yang jarang terkena sinar matahari.

“Wajah ekonomi Indonesia kurang gaul. Indonesia adalah satu-satunya negara di Dunia yang kemampuan ekspor impornya justru turun,” ujarnya.

Sekadar diketahui, Suara Surabaya Media bersama Pelindo III mempersembahkan Suara Surabaya Economic Forum yang membahas lanskap bisnis di tahun 2018. Kegiatan ini digelar di Grand City Convex Surabaya, Jumat, 8 Desember 2017. Bertepatan dengan akhir tahun 2017, kegiatan ini dapat menjadi salah satu referensi mendapatkan gambaran skema perekonomian di tahun 2018 mendatang.

Selain Faisal Basri, pembicara lain di antaranya Prof. Rhenald Kasali, Ph.D Founder Rumah Perubahan; Kresnayana Yahya Bisnis Analis dan Ahli Statistik; dan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra President Director PT Pelindo III.(den/ipg)

Teks Foto:
– Suasana di acara Suara Surabaya Economic Forum (SSEF), Jumat (8/12/2017).
Foto: Suara Surabaya Media

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs