Minggu, 24 November 2024

Banjir Parah di Pacitan, Distribusi Bantuan Belum Maksimal

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi. Kondisi banjir di Pacitan. Foto: BNPB

Banjir bandang yang melanda Pacitan membuat sejumlah warga harus mengungsi bahkan ada yang harus kehilangan rumahnya karena hancur diterjang banjir.

Risna reporter dari Radio Ge FM Madiun melaporkan kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (2/12/2017), data daerah terparah di Pacitan yang terdampak banjir, diantaranya desa Sirnoboyo, Ploso, Krajan Kidul, Krajan Lor, Sidoharjo, Teleng Ria, dan Tremas Arjosari.

“Di desa Krajan Lor, ada 10 rumah yang hancur. Itu karena tanggulnya jebol jadi rumahnya terbawa arus dan hancur,” kata dia.

Sementara di desa Sidoharjo, tercatat ada 5 rumah yang hancur. Risna menjelaskan ada beberapa cerita dari warga yang mengatakan sebelum dibangun rumah, pada tahun 60-70an daerah tersebut adalah sungai. Kemudian sungai diubah menjadi rumah. Akibatnya saat terdampak banjir, daerah tersebut kembali menjadi sungai.

“Sekarang sungai itu diberi nama sungai tengah dan lebarnya sudah mencapai 10 meter,” kata dia.

Selain itu, daerah lain yang belum bisa diakses dan belum menerima bantuan diantaranya, Kecamatan Nawangan dan Kecamatan Bandar. Hal tersebut karena jembatan putus dan longsor parah, sehingga membuat akses dari Gemaharjo (arah Ponorogo) dan dari Wonogiri tidak bisa dilewati. Sejumlah relawan terpaksa tidak bisa masuk. Namun beberapa TNI berhasil masuk melalui helikopter.

“TNI berhenti di Monumen Jenderal Soedirman, kebetulan disana ada helipadnya. Kemudian TNI jalan mendaki Gunung Temon yang membutuhkan sekitar 2 jam untuk ke kecamatan Bandar dan Nawangan,” kata dia.

Risna juga sempat mengunjungi dan melihat keadaan di daerah Ploso yang belum mendapatkan bantuan makanan.

“Sekitar siang sampai sore saya kesana mereka belum mendapatkan makanan sama sekali, ada bayi juga yang belum makan, mereka sempat curhat dan menangis karena kelaparan,” kata Risna.

Sementara keadaan di Arjosari, ada akses jalan yang rusak. Jalan tersebut hanya tersisa setengah dan hanya bisa dilalui satu kendaraan saja.

“Jalan yang ambles itu sekitar 3 meter,” kata dia.

Risna juga menceritakan tentang distribusi bantuan yang kurang maksimal. Ada banyak bantuan yang menumpuk di kelurahan Pacitan, namun prosedur penyerahan ke berbagai posko tidak berjalan dengan baik.

“Sebenarnya bantuan ini dibuatkan satu pintu atau hanya berpusat di kelurahan Pacitan saja. Jadi yang boleh mengambil bantuan itu ke kelurahan hanya pak lurahnya saja, bukan bantuan langsung dibawa ke posko-posko. Disini peran pak lurahnya juga harus peka, kalau tidak ya akan banyak yang belum tersentuh bantuan. Selain itu relawan juga merasa kuwalahan saat di dapur umum” kata dia. (ang/bid)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs