Mayor Jenderal TNI (Purn) Zacky Anwar Makarim mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) mengatakan kekhawatirannya atas keamanan Indonesia ke depan.
Menurut Zacky, ribuan purnawirawan Kopassus risau atas penahanan Mayjend TNI (purn) Soenarko mantan Komandan Jendral (Danjen) Kopassus dengan tuduhan penyelundupan senjata dan makar. Padahal selama lebih 30 tahun mengabdi di TNI, Soenarko tidak pernah mempunyai cacat dalam karirnya.
“Saya hadir disini karena saya khawatir dengan keamanan Indonesia ke depan. Ada ribuan pensiunan Kopassus datang menyampaikan kerisauan mereka. Situasi ini tidak bagus. Kami menghargai jalur hukum yang ada. Pak Sunarko punya jasa sangat besar, mendapat pujian dari dunia Internasional,” ujar Zacky dalam konferensi pers di Hotel Atlit Century bersama para purnawirawan TNI khususnya Kopassus, Jumat (31/5/2019).
Zacky tidak menginginkan ada perang saudara dikarenakan persoalan penahanan Soenarko ini.
“Jangan sampai kita mengalami perang saudara karena persoalan ini. Sekarang Pak Soenarko yang merupakan seorang patriot dituduh makar. Saya masih percaya dengan aparat penegak hukum kita agar klir masalahnya. Jangan sampai kita mengalami situasi yang dapat membubarkan NKRI,” tegasnya.
Letjen TNI (Purn) Yayat Sudrajat mantan Kepala Badan Intelijen Strategis mengaku marah sekali atas penahanan Soenarko karena menyangkut harga diri Kopassus.
“Saya menyatakan marah, saya sangat marah sekali! Ini menyangkut harga diri Kopassus. Kalau Pak Narko berbuat seperti itu silakan potong leher saya. Komando!” kata Yayat disambut pekik Komando para purnawirawan yang hadir.
Yayat mengaku mengetahui persis siapa Soenarko sehingga agak aneh kalau diberitakan akan makar dan menyelundupkan senjata.
“TNI itu disumpah siap mati untuk bangsa dan negara. Masa seorang Pak Narko dituduh menyelundupkan senjata untuk makar. Senjatanya hanya satu bagaimana mau makar? Senjatanya juga sudah kadaluarsa, dan dimodifikasi. Kami ini siap mati untuk bangsa dan negara,” tegasnya.
“Kami sangat marah mendengar Pak Narko dituduh makar. Ini hanya kepentingan politik. Kami tidak pernah melihat selama bertugas, pak Narko berbuat yang aneh-aneh. Kopassus itu lingkupnya sangat kecil, sehingga hubungan antara atasan dan bawahan sangat erat. Ini menyangkut harga diri Kopassus. Ini dagelan politik. Kalau Pak Narko seperti itu, leher saya taruhannya,” imbuhnya.
Sementara Letjend TNI (Purn) Soeryo Prabowo mantan Kepala Staf Umum (Kasum TNI) menegaskan, penahanan Soenarko merupakan penghinaan kepada para purnawirawan. Dia menilai peristiwa saat ini seperti terjadi pada tahun 1965.
“Jangan hina kami para purnawirawan dengan makar. Kami punya apa? Saat ini persis menjelang 1965. Para ulama ditangkapi, dibunuh, dan muncul dewan jendral yang ujungnya para jendral Angkatan Darat dibunuh dan dibuang di lubang buaya!” ujar Soeryo.
Dia juga minta kepada media untuk tidak asal kutip pernyataan pejabat, tetapi perlu konfirmasi terlebih dulu sebelum menayangkan.
“Kami minta para media jangan mudah menuduh dengan mengutip statemen orang. Sepertinya media benci sekali dengan purnawirawan. Saya sakit hati dengan pemberitaan soal penangkapan Pak Soenarko,” tegas Soeryo dalam konferensi pers yang bertajuk ” Soenarko Korban Trial By The Press” ini.
Menurut Soeryo, tidak ada jenderal yang pengalaman tempurnya menyamai Soenarko. Sekalipun Menkopolhukam.
“Mungkin kakinya (Wiranto Menkopolhukam) belum pernah berlumpur. Tidak benar Pak Soenarko ditangkap di bandara, itu tidak benar. Tidak benar Pak Soenarko menggunakan senjata rakitan. Boleh Pak Narko dibilang bersalah tetapi jangan dibilang makar,” jelasnya.
“Jangan mudah menggunakan kata makar. Jangan sekali sekali menuduh kami tidak cinta merah putih. Pemberitaan mengenai Pak Soenarko jelas bukan hanya menyakiti hati keluarga Pak Soenarko dan menyakiti korps baret merah,” imbuhnya.
Masih di tempat yang sama, Kolonel Inf. (Purn) Sri Radjasa Chandra mengatakan Soenarko dituduh melakukan penyelundupan senjata jenis M4 yang merupakan senjata sniper dan akan digunakan pada aksi 22 Mei 2019.
Soenarko, kata Radjasa, tidak pernah sekalipun menghukum anak buahnya dengan kekerasan. Soenarko juga tidak pernah memiliki senjata tersebut seperti yang dituduhkan Wiranto Menkopolhukam, Moeldoko Kepala Staf Presiden dan Tito Karnavian Kapolri
.
“Pak Soenarko tidak pernah menyelundupkan senjata. Senjata cuma satu, sudah usang lagi, mau buat apa? Senjata yang dikirim ke Jakarta bukan untuk 22 Mei 2019 tetapi akan ditaruh di Museum,” tegas Radjasa.
Para purnawirawan yang hadir dalam konferensi pers tersebut juga siap dikonfrontir dengan senjata yang ditunjukan Kapolri saat konpers, untuk membuktikan kebenarannya dan siapa yang berbohong, karena mereka bekas orang lapangan dan tempur sehingga tahu jenis-jenis senjata dan sejarahnya. (faz/tin/ipg)