Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta warga Muhammadiyah menjadi kekuatan pemersatu yang mengayomi, memoderasi, dan menguatkan kebersamaan seluruh warga bangsa.
“Ketika ada retak sesama anak bangsa harus menjadi golongan yang mendamaikan dan memberi solusi,” kata Haedar saat memberikan pidato dalam acara Milad ke-105 Muhammadiyah di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jumat (17/11/2017) malam.
Menurut Haedar, warga dan keluarga besar Muhammadiyah perlu terus belajar pada jiwa kenegarawanan para tokoh Muhammadiyah sejak Kiyai Ahmad Dahlan hingga generasi sesudahnya dalam memupuk kebersamaan dan cinta bangsa.
“Jangan sampai kita bicara indah tentang ukhuwah kebangsaan, tetapi hasrat `ananiyah-hizbiyah` jauh lebih besar ketimbang pengorbanan untuk hajat hidup bangsa secara keseluruhan karena yang dipikirkan hanya kepentingan golongan sendiri,” kata dia.
Ia menceritakan, saat Ki Bagus Hadikusumo (tokoh Muhammadiyah) bersama tokoh Islam lainnya menyampaikan gagasan keislaman dan kebangsaan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah itu dengan tegas menyatakan bahwa dirinya adalah seorang bangsa Indonesia tulen dan sebagai Muslim yang mempunyai cita-cita Indonesia Raya dan Merdeka.
Sedangkan Bung Karno, lanjut Haedar, juga bersikap sama di mana pada pidato 1 Juni 1945 tentang Pancasila menyebutkan bahwa di dalam dadanya yang nasionalis tersimpan jiwa Islam.
“Dengan spirit kebangsaan yang menyatu dengan keislaman yang mendalam sebagaimana dicontohkan dua tokoh bangsa itulah Muhammadiyah berkomitmen kuat tetap dan terus berkiprah merekat kebersamaan melalui berbagai kerya nyata berkeunggulan bukan dengan retorika dan keindahan kata-kata,” kata dia.
Dalam acara Milad Muhammadiyah yang mengusung tema “Muhammadiyah Merekat Kebersamaan” itu, juga berlangsung penganugerahan Muhammadiyah Award kepada orang-orang yang memiliki jasa besar bagi persyarikatan Muhammadiyah di antaranya Sultan HB X serta H. Roemani, salah satu warga biasa yang memiliki dedikasi dan kedermawanan dalam membangun Rumah Sakit Muhammadiyah, serta antropolog Prof. Mitsuo Nakamura yang selama 40 tahun melakukan penelitian tentang Muhammadiyah.
Sejumlah tokoh nasional seperti Jenderal Pol Tito Karnavian Kepala Kepolisian RI serta Tjahjo Kumolo Menteri Dalam Negeri juga tampak hadir dalam cara itu.(ant/iss/ipg)