Jumat, 22 November 2024

80 Persen RS di Jatim Tak Punya Insinerator Karena Harganya Miliaran

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Diah Susilowati Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim mengatakan, sekitar 80 persen rumah sakit di Jawa Timur memang tidak memiliki alat pengelolaan limbah medis yang memadai.

Alat pengolah limbah medis padat atau insinerator, menurut Diah, tergolong mahal. Karena alasan inilah banyak RS yang tidak memiliki insinerator sehingga harus menggunakan jasa pihak ketiga.

“Alatnya relatif mahal. Alat yang bagus, dengan suhu memadai, harganya bisa mencapai Rp2-3 milliar. Tapi alat dengan suhu yang lebih rendah sekitar Rp1 milliar. Nah, kalau suhunya tidak memadai, limbah medis seperti jarum tidak bisa hancur,” ujarnya, Rabu (15/11/2017).

Dari 234 RS yang masuk tipe A, dan B di Jawa Timur, Baru 20 persen yang punya alat pengelolaan limbah medis. Apalagi rumah sakit tipe C serta seluruh puskesmas di Jatim, yang memang tidak punya insinerator.

“Tapi ada kemudahan dari Kemenkes melalui Peraturan Menteri nomor 56 tahun 2015 tentang pengelolaan limbah B3 untuk layanan kesehatan,” kata Diah.

RS Tipe C dan Puskesmas yang belum punya insinerator bisa bekerja sama dengan RS tipe A dan B yang sudah memiliki insinerator dan sudah mendapat izin dari Kementerian Kesehatan.

Tapi insinerator di RS yang ada di Jatim jelas tidak akan mampu menampung jumlah limbah medis yang ada di Jatim.

Karena itulah dibolehkan adanya kerja sama dengan pihak ketiga yang akan membawa limbah medis ke lokasi pengolahan limbah B3 berkapasitas besar di Bogor, Jawa Barat.

“Kita (Jatim) masih membutuhkan alat pengolah limbah B3 dengan daya tampung yang lebih banyak,” ujarnya.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs