Sabtu, 23 November 2024

ITS Raih Penghargaan Perguruan Tinggi Paling Inovatif

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu diantara karya ITS Surabaya. Foto: Humas ITS Surabaya.

Sebagai perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada November 2017, mendapat anugerah peringkat pertama perguruan tinggi dengan produk paling inovatif di Indonesia dari Kemenristekdikti Republik Indonesia.

Penghargaan tersebut menjadi kado manis bagi ITS di usianya yang ke-57 tahun ini. Oleh Kemenristekdikti, ITS dinilai banyak menghasilkan produk riset yang siap dikomersialkan ke industri, sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Diantara produk inovasi ITS yang telah dikawinkan dengan industri adalah mobil listrik, bus listrik, dan motor listrik. Bahkan dua produk terakhir merupakan yang pertama di Indonesia.

Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Wakil Rektor ITS bidang Inovasi, Kerja Sama, Kealumnian dan Hubungan Internasional mengaku senang atas anugerah tersebut. “ITS sangat mensyukuri dianugerahkan sebagai kampus dengan peringkat produk inovasi nomor satu,” terang Ketut Buda Artana.

Menurut Ketut, capaian ini tidak lepas dari iklim riset yang sangat positif di kalangan sivitas akademika ITS dan pengelolaan yang baik melalui Direktorat Inovasi, Kerja sama, dan Kealumnian.

Direktorat tersebut, kata Ketut, memiliki tugas yang berdampingan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Jika LPPM berfokus melaksanakan riset, maka Direktorat Inovasi bertugas mengonversikan hasil riset di LPPM menjadi produk inovasi yang siap dikomersialisasikan ke industri.

Pada prinsipnya, sebelum hasil riset diterapkan di masyarakat, perlu dilakukan pengujian berupa Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT). TKT sendiri merupakan indikator yang menunjukkan seberapa matang suatu teknologi dapat diterapkan.

Indikator ini memiliki rentang nilai satu hingga sembilan. Di ITS, riset yang dilakukan LPPM ditargetkan mencapai level enam. “Kemudian untuk menaikkan TKT dari level enam menjadi sembilan adalah tugas Direktorat Inovasi tersebut,” jelas Ketut.

Level enam, lanjut Ketut, berarti bahwa produk teknologi dapat diuji di skala laboratorium. Sedangkan level sembilan menandakan bahwa produk teknologi telah benar-benar teruji dan berhasil dioperasikan.

Banyak produk inovasi ITS yang sudah mencapai level tujuh, delapan, dan sembilan. “Itulah salah satu alasan mengapa Kemenristekdikti memberikan award inovatif kepada ITS,” kata Ketut.

Motor listrik GESITS, satu diantara produk inovasi ITS yang saat ini telah digaet industri dan diproduksi secara massal. Tidak hanya itu, saat ini, para peneliti ITS juga banyak memenangkan hibah kompetitif inovasi dari Kemenristekdikti.

Pada tahun 2017, total dana yang dimenangkan ITS kurang lebih sekitar Rp 15 milyar hingga Rp 16 milyar, di samping dana lokal yang diberikan oleh ITS. “ITS sendiri memberikan hibah sekitar Rp 2 milyar sampai Rp 2,5 milyar untuk menaikkan TKT. Jadi total yang diterima para peneliti ITS sekitar Rp 17,5 milyar,” tambah Ketut.

Insentif dana yang diberikan kepada peneliti ITS ini memiliki peran penting untuk menaikkan TKT dari produk riset, yaitu mengubah produk skala lab menjadi skala industri melalui proses pengujian dan sertifikasi. Jika sudah disertifikasi, produk inovasi tersebut dikirimkan ke Badan Pengelola dan Pengembangan Usaha (BPPU) ITS.

“Mereka yang bertugas menjual dengan mitra melalui tangan kanannya, yaitu PT. ITS Tekno Sains, sebuah perseroan terbatas milik ITS,” tambah Ketut.

Ketut berharap, prestasi ini bisa memantik semangat sivitas akademika ITS untuk lebih meningkatkan komersialisasi produk riset, baik dosen maupun mahasiswa.

Karena kedepan, tantangan ITS sebagai PTN-BH adalah bagaimana semua produk inovasi dapat dikomersialkan sehingga bermanfaat untuk masyarakat.

“Sekaligus juga menjadi penghasilan bagi ITS untuk menunjang program akademik, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” pungkas Ketut Buda Artana.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs