Soekarwo Gubernur Jawa Timur mengatakan, ada dua tantangan berat bagi Gubernur Jatim selanjutnya. Bonus demografi pada 2019 dan middle income trap.
Dalam pemaparannya saat peluncuran buku “Pembangunan Jawa Timur Berkeadilan dan Berdaya Saing,” Soekarwo menjelaskan bagaimana dua hal itu menjadi tantangan berat.
Pada 2019 mendatang, bonus demografi akan menjadi masalah serius di Jawa Timur. Perkiraannya, jumlah penduduk usia 15-64 tahun saat itu mencapai 69,6 persen dari total jumlah penduduk Jatim.
“Ini menjadi beban kita. Ini bonus apa bencana, tinggal bagaimana kita menyikapinya,” ujar Soekarwo di Gedung Negara Grahadi, Selasa (14/11/2017).
Bonus demografi ini akan berdampak pada lonjakan angkatan kerja dengan jumlah besar. Pada 2019 mendatang, diperkirakan terdapat lebih dari 326 ribu jiwa angkatan kerja baru.
Sementara, pada 2017 ini masih ada sejumlah 855.750 pengangguran yang belum terserap dalam lapangan pekerjaan yang tersedia di Jawa Timur.
Hal ini akan mengancam angka pengangguran di Jatim di masa yang akan datang, padahal pada 2017 sudah turun menjadi 4,10 persen dari sebelumnya 4,21 persen di tahun 2016.
Sementara berkaitan jebakan middle income, pendapatan per kapita penduduk Jawa Timur diperkirakan akan meningkat menjadi USD 3.900 pada akhir 2017 mendatang.
Selanjutnya, pada 2018 mendatang, pendapatan per kaputa ini akan meningkat lagi menjadi USD 4.300, hingga pada 2019 mencapai USD 4.700 dengan perlakuan-perlakuan tertentu.
Jebakannya, kembali pada bonus demografi yang akan terjadi pada 2019 mendatang. Kalau strategi yang diterapkan tidak tepat, bisa jadi Jatim kembali dengan pendapatan per kapita di bawah USD 2.500.
“Ini Gus (Saifullah Yusuf yang biasa dipanggil Gus Ipul, yang hadir di acara itu) bagian yang berat sekali. Tapi saya sudah mundur lho,” kelakar pria yang biasa dipanggil Pakde Karwo ini, diikuti tawa hadirin.
Kunci menghadapi dua tantangan itu, kata Pakde Karwo, dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Jawa Timur.
“Untuk apa dibutuhkan SDM yang berkualitas, untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi, untuk mengubah gabah kering menjadi beras. Singkong menjadi keripik,” ujarnya.
Adapun kunci peningkatan kualitas SDM di Jawa Timur, kata Pakde Karwo, dengan menjadikan pendidikan vokasional sebagai tujuan dan solusi, serta mengutamakan skema pembiayaan murah.
Selain pendidikan, peningkatan kualitas SDM juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas kesehatan. Beberapa di antaranya dengan intervensi terhadap anak yang tidak bisa tinggi (kuntet) dan yang mengalami gizi buruk.
“Menteri kesehatan harus melakukan reformasi. Tindakan promotif dan preventif lebih penting dari kuratif. Perlu ada restrukturisasi serius terhadap politik kesehatan, karena dampaknya ke tingkat kualitas SDM. Kalau kesehatan sudah, kemudian pendidikannya,” kata Soekarwo.(den/ipg)